love ? (quotes)

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar
This is love


Cinta
Satu kata penuh makna .
Beribu cerita hadir di dalamnya .
Menghadiahkan keindahan dan luka .


Cinta
Satu rasa untuk dua jiwa .
Mengilhami waktu , berbahasa jadi satu .
Tertanam di kalbu menjadikanya rindu .


Cinta
Berjalan tanpa berita
Bersuara tanpa kata
Hadir tanpa rencana

Hal penuh warna , menghapus prahara , beralur dengan suasana.


Cinta
Zat adiksi yang terkubur di hati
Tak bisa di hapus tak bisa di pungkiri


Cinta
Takkan hadir tanpa rasa, rasa ingin memiliki, rasa ingin mengasihi.
Ia datang dengan peristiwa.
Menjelma jadi satu jiwa, menumbuhkan benih asmara.


Cinta
Anugrah dari yang kuasa
Bagai aroma pendamai jiwa .
Yang tergugus oleh masa .



This is love .
Sebuah rasa tak teraba raga. Datang tak bersuara .
takkan hadir tanpa paksaan, ia hadir karena sebuah keadaan.


Created by @nittajullio J

elo milik gue shilla *cerpen*

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar



**



“apa maksudmu ?” sebuah suara menarik perhatian kaki panjang seorang gadis yang tengah melewati koridor kelas di lantai dua, ia menghentikan langkahnya dan bergeser dari tempat pertama ia berhenti ke dekat sebuah pintu dan mendekatkan telinganya pada sebuah pintu jati.
“aku gak bisa lanjutin hubungan kita rio,maaf” gadis itu semakin tertarik dengan percakapan beberapa orang di dalamnya, ah penasaran gadis itu pun mengintip pada lubang kunci pintu  , hanya dua orang ternyata.
“terserahlah” sebuah suara bariton menyahut kalimat tadi, dan langsung hilang dari penglihatan mata yang sengaja ia sipitkan agar dapat melihat objek di dalam-nya.

Buggg. pintu jati itu terbuka.

“oow” gumam gadis itu yang masih membungkukan setengah badanya, celaka. Batinya. Tubuh jangkung yang menjadi objek intipan gadis itu kini telah berada di hadapanya sambil melipat kedua tangan di dada. Gadis itu memandang fostur tubuh si pemuda dengan ragu masih dengan posisi tubuhnya yang tidak bergerak, sementara si objek tak berkomentar apa-apa dan berlalu begitu saja.
“mampus gue” gadis itu menepuk jidatnya pelan.




--
“hahahahaha lucu sumpeh shill” tawa lebar Agni memecahkan keramaian kantin, yang saat itu ramai dengan pemilik-pemilik perut lapar, maksudnya tawa gadis itu tak kalah keras dengan teriakan-teriakan penghuni kantin yang berlomba memesan makanan mereka.
“gak ada yang lucu, autis lo” komentar gadis di samping-nya yang menjadi alasan atas bahan tawaan gadis hitam manis itu. Selanjut-nya tak ada obrolan apa-apa lagi selain suara penghuni kantin dan suara tawa lepas gadis itu yang meramaikan isi kantin.





“ehem lo shilla?” gadis yang di manggil shilla itu menoleh ke sumber suara, dan betapa terkejutnya ekspresi gadis itu ketika menyadari pemilik suara yang menyebut namanya, tanpa ia sadari dirinya kini menjadi pusat perhatian seisi kantin. Gadis bernama shilla itu menyeringai kecil.
“hehe” tanpa perintah dan tanpa izin si pemanggil mendaratkan pantatnya duduk di samping shilla- dan menarik jus melon ke hadapanya.
“jangan so santai-santai yah sama gue, lo punya masalah sama gue” shilla mengernyitkan dahi mendengar pernyataan barusan.
“hah apa? Masalah? Sama elo kak, apaan?” selang beberapa menit tak ada jawaban , shilla berdecak ketika melihat gelas isi jus melon miliknya telah habis sempurna di minum makhluk di samping-nya.
“eeee sarap ya lo, udah Sksd , so punya masalah sama gue, taunya cuman numpang minum gratis, aneh lo ei u te ai es” celetuk shilla, pemilik suara itu berdiri sebelumnya menyampaikan sebuah kalimat pada shilla.
“jangan pura-pura bego atau lemot deh, kalo elo punya ini” ia menunjuk kepalanya
“temuin gue di lapang basket utama dan tanggung jawab atas perbuatan gak sopan lo” lanjutnya yang kemudian berlalu, shilla mengedikan bahunya sementara Agni masih melongo dengan kejadian yang di tontonya tadi.




-
Shilla mempercepat langkahnya ketika bel pulang berbunyi, gadis itu sengaja meninggalkan ranselnya di dalam kelas karena hanya akan menemui ‘seseorang’ dan belum berniat untuk pulang, masih ada esktakulikuler musik yang harus ia ikuti hari ini. Shilla menuruni undakan anak tangga dan berjalan menuju lapang basket utama, mengingat arahan dari manusia di kantin itu. Gadis itu kini telah berdiri di lapang dan menoleh kesana kemari, walau banyak siswa-siswi yang berjalan melewati tempat itu, namun nihil tanda-tanda untuk keberadaan seseorang yang shilla maksud, gadis itu berkacak pinggang dan memilih duduk bersila di tengah lapang tak peduli dengan pemikiran siapa pun yang melihat kegiatanya.
“dasar aneh, lo kalo mau semedi jangan disini, yang ada kulit lo item, oh jangan-jangan lo mau itemin kulit kaya bule-bule di pantai itu, ck gak modal” celetuk sebuah suara, shilla mengenali betul suara itu, ia hanya melirik tak acuh masih mempertahankan sikap so cueknya.
“sial gue di cuekin”gumam pemuda itu.
“eh beridiri lo gue mau ngomong” perintah suara itu, shilla masih mempertahankan posisinya. Suara itu berdecak.
“ck, budek ya lo gue suruh berdiri juga” shilla masih tak berkutik, sepertinya asik juga menjaili makhluk di sampingnya.
“woi gue bilang berdiri bocah” shilla pun berdiri dengan sempurna.
“sial. Gue gue bukan bocah kakek, lagian elo nyuruh gue berdiri udah kaya raja aja”
“elo udah tau nama gue?” shilla menggeleng pelan dan mengangkat sebelah alisnya.
“ketinggalan jaman. Gue Rio. Mario stevano aditya, cowok terfamous dan terkeren disini, secara gue ketua tim basket” ujar si pemilik suara itu yang kini baru shilla ketahui bernama mario, Rio kata dia panggilanya.
“apa gak salah denger gue? Nama lo Mario?” shilla memperhatikan siluit pemuda itu dari ujung kaki hingga kepala.
“nama sama wujud berbeda sembilan puluh derajat hahaha” lanjutnya, rio memelototi gadis itu geram.
“sial. Gue gak suka basa-basi yah, ngapain tadi elo ngintipin gue? Mau cari masalah?” tanyanya to the point.
“ee kepedean banget sih elo jadi orang, gue tadi mmm ya daripada kejadian yang ngga-ngga antara elo sama seorang cewek di dalam sebuah ruangan dan berdua saja, mending gue intipin, kan bisa gue laporin” jelas shilla panjang lebar.
Tanpa berkomentar pada jawaban shilla, pemuda itu menarik lengan shilla dan mendekatkan shilla pada tubuhnya, jelas-lah shilla tak bisa berkutik di buatnya. Rio mendekatkan wajahnya perlahan, bahkan saat itu nafas shilla terasa tertahan dan sulit sekali ia hempaskan.
“hidup lo bakal gak tenang” bisik pemuda itu dekat telinga kanan shilla, dan perlahan mendorong bahu shilla pelan menjauh dari tubuhnya. Tak terdengar suara shilla, gadis itu masih diam mematung memandang ke sembarang arah dan menetralisir degupan jantungnya yang detik tadi di pekerjalan melebihi batas seharusnya.


--
Jam kini merupakan jam olaharaga untuk kelas shilla, gadis itu paling malas dengan pelajaran yang satu ini, selain karena kegiatan yang berat dan bisa membuat badanya pegal-pegal setelahnya, olah raga juga bisa membuang stok keringatnya. Pikir gadis itu.
Setelah selesai berganti seragam dengan kaos olah raga, gadis itu berjalan berdampingan dengan Agni yang begitu semangat menyambut pelajaran ini, lihat saja agni, gadis itu sedikit tomboy, sangat menyukai olah raga, berbeda sembilanpuluhderajat dengan shilla.
Keduanya kini telah menginjakan kaki di lapangan indoor, agni telah dulu mengikuti permainan basket dengan teman-temanya sambil menunggu arahan dari pak duta-guru mata pelajaran olah raga yang belum juga menampakan dirinya. Sementara shilla yang bingung memulai penasan dengan apa, karena jujur ia malas besentuhan dengan bola bundar yang memantul itu, memilih menggoyang-goyang badan-nya dengan gerakan bukan pada seharusnya, bukan bagian dari gerakan pemanasan, hanya bergoged-joged seadanya, tak peduli juga dengan cengiran teman-teman yang sesekali melihat ke arahnya.
“gila lo, mirip banget sama badut yang suka joged-joged di acara ulang tahun anak-anak haha” shilla menghentikan aktifitasnya dan melirik.
“elo lagi kak, ngapain sih ganggu hidup gue aja” shilla melanjutkan pemanasan.
Rio kini menjauhkan tubuh jangkungnya dari hadapan shilla dan berjalan dengan tampang keren dan paling keren, ia tersenyum miring, membuat seisi lapangan hanyut dalam senyum nya, kelihatanya gadis itu pun tak peduli dengan kepergian rio, hanya saja kenyataan tak bisa di pungkiri dari manik mata shilla yg mengikuti kepergian rio hingga kini berada di tengah-tengah lapang indoor dan meraih bola basket dari teman-nya. Ah siapa juga yang tidak tertarik dengan untuk menikmati siluit tampan seperti itu.






*
Sore itu shilla menunggu jemputan di sebuah halte yang tak jauh dari sekolah, kota jakarta sore rupanya tak cocok untuk ukuran gadis seperti shilla, kalau bukan karena hukuman dan jika tidak di penuhi nilai mata pelajaran sejarahnya kosong, dengan berat hati ia menjalakan hukuman tersebut. Gadis itu menengadah ke awan , mendung, sepertinya mau hujan. Ia meraih ponsel dalam saku seragamnya, lowbat. Sial. Rutuk gadis itu.

“perlu tumpangan?” ganti mata gadis itu melihat objek di hadapanya, sebuah alfard silver dan seorang  pemuda yang mengemudikanya. Shilla memicingkan mata dan membuang muka.
“gak usah so jual mahal lo, udah mau ujan juga! Ayo pulang!” perintah suara itu, shilla tak menggubris ajakan pemuda itu. Dengan geram pemuda itu keluar dari mobilnya dan meraih paks pergelangan tangan shilla.
“eh?”
“ayo ah”






-

Sebuah cinta takkan hadir karena paksaan, cinta itu hadir karena sebuah keadaan.
Kapan dan dimana , kita pun tak tahu. Biar hati yang berbicara.

“oh, jadi elo di putusin toh sama cewe lo” shilla membulatkan suaranya, Rio- pemuda di samping shilla yang masih fokus dengan kemudinya mengangguk dua kali.
“iyaa, puas lo? Gak usah ngintip kan, kalo mau tahu tanya aja”
Gadis reflek merubah posisi duduk-nya dan menghadap ke arah rio sambil menopang dagunya.
“itu gak sopan kali kak, yah elo sabar aja, masih banyak cewe lain yang mau sama elo, eh berarti kita damai dong” ujar shilla . rio tersenyum tipis.
“gak ada damai-damai, bisa sih tapi ada syaratnya”
“apa?”
“elo jadi pacar gue”





--

Agni mengambil posisi duduk di hadapan shilla yang memasang tampang bunglon, kadang seperti ini, kadang seperti itu, membingungkan. Mencoba santai shilla menarik nafas panjang dan mulai membuka suara.
“gue di tembak kak rio ag”
“HAH!” shilla menginjak sepatu kanan gadis itu yang akhirnya kini mengecilkan volume suaranya, shilla berdecak pelan.
“aduuuh jb jb yaa, gue gak tau  nih mau jawab apa abis gue bingung, kenal kak rio aja baru, terus kan punya masalah”
“lo suka gak sama kak rio?” tanya agni, shilla mengerutkan keningnya dan mengangguk tiga kali.





Jam istirahat kali ini, shilla mengurungkan niat pergi ke kantin, pikirnya ia takut bertemu rio, sejak kejadian singkat kemarin sore, sedangkan pemuda yang di maksud tengah duduk di sebuah bangku taman sekolah di temani seorang gadis berdagu tirus yang juga diam tanpa sebuah kata apa-pun. Bosan berlama-lama tak bersuara, rio dengan gentle akhirnya melontarkan sebuah suara.
“maksud lo apa kasih kesempatan ke gue?” gadis itu melirik dan menatap siluit rio dengan sempurna.
“aku gak ada hubungan apa-apa kok sama gabriel” rio balas melirik gadis itu.
“so? Maksud lo yang kemaren mutusin gue apa? Elo mainin gue ha?” gadis itu menggeleng keras-keras.

“jangan bentak aku rio, aku aku gak mutusin kamu kok”


Tanpa berfikir panjang, pemuda bergigi gingsul itu meraih tubuh si gadis ke dalam dekapanya, ia memeluknya dengan erat, biarkan saja apa kata teman-teman yang melihat perlakuan ‘frontal’ nya itu.
Namun, ada sebuah rasa kecewa pada pemilik dua bola mata bening yang melihat kejadian itu. Entah kenapa, sebuah rasa sesak menemani rasa kecewa yang muncul dalam indra penglihatanya. Shilla.





-
Saat hati mencoba terbuka, kau tutup lagi tanpa kata. Tanpa makna, tak ada berita.


Shilla mendesah pelan, meraih blazer abu dan memasukanya ke dalam ransel. Langit sudah menampakan warna orange, gadis itu duduk di aula timur dekat gerbang. Ketika matanya tertumpu pada satu titik, gadis itu rasanya shilla kenal.

Oh ya, tidak salah lagi dia bukanya gadis yang tadi siang bersama rio di taman sambil berpelukan, lantas mengapa ganti ia bersama pemuda lain, gabriel. Shilla mengenal betul playboy satu itu.
Dengan gerak cepat, gadis itu mengikuti pergerakan langkah dua sejoli itu, apa maksudnya ia bersama pemuda lain, berdua saja bergandengan tangan?
Shilla mengintip aktifitas keduanya di balik semak dekat parkiran, entah kenapa pikiranya ingin sekali mengikuti mereka, ada yang mencurigakan.

“god job fy, gue makin sayang sama elo, thanks dear sedikit demi sedikit kita bisa hancurin rio” ucap pemuda itu, shilla tersentak di tempatnya .

“hancurin rio? Sayang?”





*


ada rasa rindu yang menggumpal di hati shilla, rindu akan sosok itu, pemuda yang beberapa hari kemarin mengusiknya yang lantas menghilang dari hari-harinya ketika hadir kisah lama yang kembali ke kehidupan pemuda itu, yang bahkan shilla ragukan. Ingin sekali ia menghampiri rio dan menceritakan apa yang ia lihat kemarin, apa itu tak lancang?
Siapa sih shilla? Cuman adek kelas yang jadi mainan pemuda itu kan?




“kak rioo!”
Dengan nafas tergesa-gesa gadis itu berlari menghampiri objek yang di maksudnya, rio –objek itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.



“apa lo?”
“gue mau ngomong kak” rio mengernyitkan dahinya.
“ngomong aja disini cepet , so penting deh lo”
“ck, ini soal cewe lo itu, lo balikan sama dia?” tanya shilla to the point
“oh, penting yah tau privasi orang ?”
Tak ada rencana, tanpa kata , dengan reflek gadis itu mendaratkan telapak tanganya di pipi kanan rio dengan kasar, sementara si empunya hanya meringis kesakitan.
“gila lo, maksud lo apa nampar gue bocah!” shilla melipat kedua tanganya di dadaa.
“elo jangan terlalu bodoh di mainin sama cewe kaya dia,dia gak tulus balikan sama lo, gue liat dia kemarin bareng gabriel” pemuda itu tersenyum kecil
“gue gak peduli lo mau ngomong apa”


-


Gue bukan berharap apa-apa sama lo, yang gue minta elo percaya sama gue, meskipun elo cuman kenal gue sebatas yang elo mau.




“shill, elo tau gak?” shilla menggeleng
“engga”
“ah gue aja belum cerita, si kak rio shill berantem sama gabriel gara-gara cewe, eh si cewenya milih gabriel, jelas-lah si rio malu” shilla melirik ke arah sahabatnya, -agni .
“gue udah tau” sahut shilla
“berarti masih ada kesempatan elo shill, siapa tau kak rio masih inget sama pernyataan cintanya dulu ke elo” shilla mendesah pelan kemudian berlalu meninggalkan agni.




“dia aja gak percaya sama omongan gue, gimana sama perasaan gue”



“gue percaya elo kok shilla”

Shilla mematung di tempatnya.


“elo nyerah shill? Gue kira elo naksir gue, heuhh” shilla mengedarkan pandanganya pada suara itu.
“kak rio..”

“maafin gue yah?” ujar rio datar.  shilla meninju bagian perut rio
“ngomong aja seenak jidat lo”
“mau gak jadi pacar gue shill?”
DEG. Mata shilla membelalak lebar bertumpu pada manik mata milik rio, pemuda itu tersenyum ke arah shilla, lengkap sudah ia terbang di buatnya.
“gue gak mau jadi pacar elo kak, tapi... gue mau jadi milik elo”
Rio mencubit pangkal hidung gadis itu dan meraih ke dalam dekapanya.
“elo milik gue deh shilla”



Cinta hadir tanpa rencana, ia hadir karena peristiwa hingga menjadikanya sebuah cerita.


End-

gue cuman RiSE ?

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar
Ini mungkin secuil kisah gue sebagai seorang rise .




RiSE apa sih itu? Nama comunity ? comunity apa? Fans artis? Siapa?
Ya, teman-teman gue bahkan gak tau apa itu rise, bahkan setiap kali gue nunjukin foto idola gue, si gingsul banyak di antara mereka yang gak kenal sama sekali, so? Kenapa gue selalu berlebihan? Membangga-banggakan, meng-agung agungkan? Terus apa tu bocah tau gue se ‘fanatik’ itu? Gak kan. Siapa sih gue? Cuman rise dari pelosok kota kecil.
Dan kenapa sampai sekarang gue masih bertahan sebagai seorang RiSE ? karna gue kagum sama dia? Gue nge-idolain dia? Bukan. Gue sayang sama dia lebih dari itu.
Rio udah jadi bagian dari hidup gue, so inilah gue, kenapa gue yang selalu membanggakan comunity ini, kita sederhana, namun kita adalah keluarga.
Dua tahun gue bertahan buat rio, bertahan jadi seorang rise. Jujur selama itu gue belum pernah sama sekali ketemu dan mungkin gak akan pernah ketemu rio, idola gue. Apa masih pantas gue jadi fans dia? Teman-teman gue bahkan sering kali nyinggung gue, buat apa gue bertahan selama itu, sefanatik itu? Emang rio tau. Gak sakit hati lo.




Usaha gue buat ketemu rio bahkan udah pernah sering gagal, lantas itu buat gue putus asa, tapi cuman beberapa menit doang, inget –doang-. Gue selalu berfikir dua kali, oh mungkin bukan saat ini waktu gue ketemu dia.

 
Tapi sifat labil tiap saat juga muncul.  Gue ? kurang perjuangan apa buat rio?
Tiap malem gue nangis, cuman mikirin bocah satu tahun lebih muda dari gue, gue nangis kenapa gue gak bisa kaya mereka, mereka yang lebih beruntung dari gue? Kenapa gak pernah ada sedikit aja celah aja yang di kasih tuhan buat gue? Kenapa? Bahkan karena hal ini gue selalu mengeluh pada tuhan!
Gue,  gue tau dan gue sadar titik gue di mana berada, dan di mana dia. Gue gak pernah menuntut rio buat kenal gue, gak pernah! Yang gue pengen cuman satu biarin gue ketemu rio sekali aja, dan setelah itu tuhan boleh hilangin semua rasa sayang gue sama dia.

Bukan Cuma ini perjuangan gue buat rio, gue sering ngorbanin semua milik gue.


Ada salah satu perjuangan gue yang gak pernah gue lupa.
 gue pernah ngejual kalung yang di kasih bokap gue buat beli kaos rise, karna gue yakin kalau gue minta sama orang tua. Harus ada alasan yang kuat, gue juga gak mau bebanin mereka, alhasil dengan berani  gue mutusin cuman cerita sama mama gue dan di situ gue nangis semaleman karena uang gue belum juga di transfer, so gue nunggu dua hari selanjutnya sampai kaos gue dateng, dan itu pun dengan perjuangan tukang pos yang cerita sama gue bahwa sampe tiga kali dia keliling cari rumah gue .
Kedua, gue belum puas gue masih cari banyak cara. Dan saat itu , gue daftar di acara m&g rio di salah satu kota, gue bela-bela gak jajan dan kumpulin uang yang di kasih bokap buat ikut study tour di sekolah pas gue kelas 9 dulu. Gue pun gak bilang bahwa gue gak jadi ikut study tour, cuman uang itu gue simpen dan sekitar seminggu kemudian baru gue kasih salah satu temen rise buat m&g.
Tapi, ini yang bikin gue galau tiap malem. Udah sekitar 3 bulan gue nunggu event itu, dan sampe sekarang gue belum juga bisa ketemu rio karena m&g di undur berkali kali, gue udah pasrah di situ dan gue udah mantap buat gak mikirin m&g lagi, gue udah sebodo amat dengan acara itu, uang gue gak balik pun gue terserah.
Di tambah rasa sesak gue tiap malem ya itu, gue envy! Gue cemburu sama mereka-mereka yang ‘selalu’ mem-publish hal apapun tentang tiga huruf, saat-saat mereka bersama rio, bahkan setelah sebulan event acara m&g tiga huruf gue masih selalu galau. Apa gak cukup mereka siksa gue ha? Gak bisa hargain perasaan gue? Ck.



Dan satu hal yang baru-baru ini, gosip tiga huruf pacaran (re: rio punya girlfriend) itu yang bikin gue makin GALAUU . kenapa? Gue takut , gue sebagai rise takut kehilangan dia, gue tau gue egois, dan gue sama sekali gaada hak buat larang atau bahkan nge-judge dia. Gue siapa gitu? Cuman bagian terkecil dari berjuta-juta fans dia. Haha
Karena itu juga alasan gue, gue yang jauh gue yang bukan siapa-siapa semakin gak bisa buat di perhatiin rio, gue cape!
Gue pernah berfikir kenapa gue bisa se-sayang ini sama rio, rio yang mungkin gak tau bahwa ada gue, fans yang bener-bener sayang sama dia. Gue pengen lupa semuanya, gue pengen hilang ingatan, cukup gue gak perlu kenal sama rio! Dan nyatanya gue gak bisa dan gak pernah bisa, ini gue.
Hal paling tersulit adalah lupa dengan yang namanya RIO .
Ini cerita gue, cerita singkat gue, curahan hati gue. Gue mau coba jadi seorang RiSE yang biasa, gue pengen biasa. Gue udah capeeee capeee banget tiap malem cuman galau karena dia, gue udah putus asa. Terserah kalian mau nilai gue gimana.cuman jika tuhan masih bisa izinin gue ketemu sama rio, gue bersyukur . kapan pun dan di manapun itu.
Tapi satu, gue akan tetep jadi RiSE gak lebih . gue bakal buktiin kalo gue gak pernah nyerah cuman sampe sini. Untuk saat ini Gue gak nyerah cuman gue mau berhenti aja.




Dare to be rise !

karna seorang mario (cerpen)

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar

enjoy it !


*

Aku duduk termenung dari balik jendela kamarku, ada dua alasan mengapa sampai detik ini aku masih betah menatapi jendela itu.
Pertama aku bisa mekihat matahari terbit, kedua aku bisa menemukan semangatku dia .




-pemuda yang tiga bulan ini menjadi penyemangat hidupku, kadang aku berpikir betapa bodohnya aku, mengagumi seseorang hanya dalam balik tirai gordenku?
Bahkan selama tiga bulan ini aku bisa merasakan hal aneh yang menggelayut dlam hatiku, cinta.
Mungkin itu maksudnya.




Sama seperti hari kemarin, aku mendorong tubuhku kearah jendela kamarku yang berada paling depan. Jam 06.45 tepat.
Tapi mana tak ku temukan tanda2 dia. Hufft. Apakah dia bosan berjalan di atas aspal sana ? atau dia bosan lewat depan runahku ? entahlah .


Crek,,
Suara pintu terbuka, aku mengerjap sebentar . hanya mama, aku kembali menatapi jendela itu, berharap tak lama lagi sosok itu akan nampak, namun nyatanya harus kubuang harapan itu jauh-jauh.
Sudah lebih dari 10 menit dari jam biasanya belum terlihat juga . aku mulai meyerah.
Mungkin hari ini aku takan bisa menemuinya, ralat, melihatnya .




**
“shill ?” panggil seseorang, aku menoleh lalu tersenyum tipis
“yaa mom ?”
“hai vano, ayo kemari” ajak mamaku, aku berusaha mebalikan kursi itu.
Dan detik itu juga, tubuhku menjadi kaku, detak jantungku mulai tak  beraturan, uratku mengejang, bahkan sebuah rasa menggelisir hangat pada hatiku. –diaa

“hai” siluit itu tersenyum, manis –sekali- kemudian ia menghampiriku yang masih diam mematung.
“mario stevano, kamu shilla kan?” ia tersenyum sambil menyodorkan tangan kananya.
“shillaa ....” aku menjabat tanganya ragu.
Cukup beberapa detik, ia melepas jabatanya, walau hanya beberapa detik tapi detik itu takan pernah ku lupa.
“maaaa..” aku melirik ke arah pintu, ah kemana mama bukanya tadi ia berdiri disana ?
Ayolah, apa aku harus berdua saja denganiya ? dengan pemuda ini ? jangan bercanda.
“mmm ada apa mario ?” tanyaku memecah kebisuan, bodoh. Pertanyaan paling bodoh bukan ?
“oh iyaa, ini ?” ia mengangsurkan sebuah mini novel kearahku, sepertinya aku hapal betul benda itu, astagaa bukanya benda jelek itu adalah tulisanku.
 “maaaa” teriaku
 “tenang shilla, aku bisa jelasin” hening kemudian.
“hmm jadi seminggu lalu mama kamu ngasih novel ini sama aku, dia nyuruh aku baca terus ngasih nilai deh sama novel ini.” Jelasnya, aku mengernyitkan dahi.


“mengagumimu dari balik jendela”
“aku ga ngerti judulnya, tapi kayanya seru, pas aku baca ceritanya itu tentang cewe yang lumpuh dan hampir saja putus asa, datang seseorang yang merubah hidupnya, setidaknya gadis itu mendapat secuil semangat hanya dari senyum pemuda itu, yang bahkan hanya ia dapati dari balik gorden jendela kamar, keren shill”
DEG.
aku menegang saat itu juga, jangan sampai pemuda itu menyadari bahwa sebenarnya ialah tokoh dari cerita tersebut.
“di tengah cerita, gadis itu bisa ketemu juga sama cowo impianya, sayang gaada lanjutanya, padahal bagus banget loh shill ceritanya, aku dapet feelnya banget” lanjutnya dengan semangat.
Aku menyeringai kecil lalu membalikan kursi roda itu, rio membantuku kemudian mengarahkan kursi roda itu ke arah jendela.
“ceritanya baru nyampe gadis itu ketemu sama pemudanya kan? Aku gak ngerti lanjutanya, gak ada inspirasi..” ujarku lemah
“yah kok gitu, gini deh mulai besok aku mau jadi inspirasi kamu, hehe tapi sekarang aku harus pulang dulu, pokoknya mulai hari ini, kita sahabat ya shill” ia tersenyum, menanamkan kedua tanganya pada bahuku kemudian meraih puncak rambutku dan mengacaknya pelan. Tak lama tubuh jangkungnya hilang di balik pintu jati kamar.

Ah, Tuhan memang hakim yang paling adil, menyesal selama ini aku selalu mengeluh padanya, buktinya ia mempertemukaanku dengan pemuda itu, pemuda penyemangatku.



**
Hari ini hari sabtu, aku tahu hari ini pasti aku tak akan melihat pemuda itu, namun aku meminta mama untuk mendorong kursi menyebalkan ini menuju taman, entah kenapa, setelah bertemu dengan pemuda itu, ada semangat baru yang berlebihan pada diriku, aku ingin mengenal dunia kembali, aku ingin menghirup udaranya, menatap indah siluitnya.
Kalian pasti bertanya-tanya, mengapa aku bisa duduk di kursi menyebalkan ini, ini telah sentuhan takdir, dulu aku Shilla yang cantik, pintar, aku menyukai balet. Dulu aku seorang penari balet namun setelah kejadian itu.. aku menjadi Shilla yang rapuh, tak pernah ada satu kebanggaanpun –lagi- yang orang-orang kagumi, terkadang aku menyesal dengan semua ini, tapi yang telah terjadi taakan bisa pernah di ulang kembali.
“shilla” aku melirik ke arah suara itu “rio” ia berlari ke arahku, dan memeluk tubuhku dari belakang, membenamkan kepalanya pada bahu kananku, dan lengkap sudah pemuda itu bahkan tak sadar detak jantungku berlebihan saat itu, ada sebuah rasa menggelisir pada hatiku. Tuhan, perasaan apa ini, bahkan aku belum pernah bermimpi sedekat ini denganya.
“aa ada apa mario?” tanyaku yang memang heran dengan apa yang di lakukan pemuda itu. Ia melepaskan pelukanya , berjalan ke depan dan berjongkok di hadapanku.
“aku baru tahu selain pintar, kamu punya hati yang sangat mulia, kamu merelakan nyawamu untuk menolong seseorang yang bahkan belum kamu kenal, shill”
“apa maksud kamu mario?”
“aku janji shill, aku akan jaga kamu selamanya”
“shill, ingat setahun lalu kamu menyelamatkan seorang gadis kecil yang hampir tertabrak mobil? Dan kamu selametin dia, tapi akhirnya kamu yang jadi korban” jelasnya.
“cukup rio, aku tak ingin membahas itu lagi” aku membuang nafas dan mengaburkan pandangan ke arah lain.
“kamu nyesel shill?” dia adik aku shill”
DEG. Mataku membelalak lebar, aku melirik pemuda di hadapanku, apa yang ia katakan? Gadis itu, gadis itu adiknya?
“aku akan membalas semuanya shill, sebagai ucapan terimakasih” aku tersenyum tipis.
“sudahlah mario, aku tak butuh di kasihani, lagi pula aku pengen temenan sama kamu tulus, bukan karena terima kasih” aku memutar kursi roda itu dan melengos pergi dari hadapan rio yang masih berjongkok.
“aku akan menyayangimu shill, dengan tulus” teriaknya.





**
Tujuh hari, waktu yang singkat kah ? tapi bagiku tidak, tujuh hari itu bahkan aku menikmatinya dengan sempurna, bukankah memang tuhan menciptakan hari itu hanya tujuh? Iya, percayalah perkenalan itu bukan di dasari oleh waktu, tapi dari hati, seperti aku yang melewati tujuh hari itu bersama senyum pemuda impianku, mario.
“shill” rio menepuk pundaku pelan, aku menoleh.
“hmm apa yo?”
“yu belajar jalan lagi, kamu bisa” aku menyambut ajakanya dengan senyuman, ia meraih tangan kananku dan menautkan ke bahunya. Baru saja aku melangkahkan satu kaki, tubuhku terjatuh.
“sudahlah yo, aku cape, kursi roda ini emang harus jadi temen setia aku” ujarku pasrah
Rio tersenyum meremehkan
 “alah, bilang aja males, dasar cewe tuh di mana-mana manja”
Ia meraih tubuhku dan menggendong di pangkuanya, sungguh hal terindah yang tak akan pernah ku lupa saat aku merasakan aroma tubuhnya yang alami, dan desahan nafasnya yang selalu membuat hatiku tenang.





--
Hujan menemani awan yang hitam mengguyur bumi sore itu, berbeda denganku, aku mengasyikan diri dengan menatapi cahaya lilin yang bergoyang-goyang terbawa angin, ponselku tiba-tiba bergetar dan aku segera meraihnya di dalam saku celana.
“haloo”
“Rio kecelakaan, dia butuh donor darah, bukan kah golongan darahmu sama denganya?” koar seseorang di sebrang sana tanpa jeda.
“apa rio kecelakaan? Jangan bercanda, aku gak suka main-main” ujarku getir
“ayolah nanti terlambat, orang tuanya menyuruhku menghubungimu, untuk apa aku berbohong untuk keselamatan seseorang” aku mencoba menahan rintikan air yang mulai mengalir di pelupuk mataku.
“tapi aku gak sama siapa-siapa disini, aku tak bisa berjalan tanpa kursi menyebalkan ini”
“sudahlah, aku yakin kamu mampu, cepat kemari, demi mario!”
Tut tut tut, sambungan telepon itu berhenti tanpa perintah. Aku menggigit bibirku hinggah terasa sakit, menahan sesak yang menyerang dadaku sore itu.
“aaarrrhgg” erangku
“aku benci saat-saat seperti ini, tuhan biarkan aku sejenak saja melangkah untuk menyelamatkanya, dan setelah itu, kau boleh mematikanku” ujarku getir



Suara kilat makin menggelegar, rintikan air hujan masih menjadi rival air mataku yang juga mengalir begitu deras hingga membanjiri pipiku. Aku mencoba bangkit dari duduku, tak bisa bahkan kegiatan itu membuat kaki-ku semakin kaku dan sulit untuk bergerak, teruslah hingga belasan kali ku lakukan itu, namun tak menumbuhkan hasil, aku terus memaksakan dan akhirnya tubuhku terjatuh ke lantai, cahaya lilin yang menemaniku saat itu pun ikut padam, mengaburkan semua pandanganku, gelap, aku tak dapat melihat satu cahaya pun di dalam sana, aku tergulai di lantai, sedikit sedikit aku menggeserkan kakiku yang kaku dengan tenaga tangan, kemudian meraih kenop pintu dan mencoba berdiri lagi.
“aku bisa!” aku mulai bisa berdiri dan akhirnya kini aku telah berdiri sempurna, aku masih memejamkan mata dan memegang kenop pintu itu erat-erat. Aku mencoba melangkahkan kaki kananku dan... tak terjatuh.
Apa ini tuhan? Anugrahkah darimu, aku bisa melangkah dan tidak terjatuh lagi, aku membuka mataku pelan-pelan, benar saja aku bisa berdiri dan melangkah ini bukan mimpi.
Tanpa basa-basi aku berjalan hingga keluar dari rumahku, bahkan aku bisa berjalan dengan sempurna, sore seperti ini tak ada angkutan umum yang lewat, dengan paksa aku menerobos hujan, tak peduli  dengan kliat yang menyambar.




RS
Brakkk
Aku membuka pintu kamar UGD dengan keras, semua mata menatapku heran, saat itu yang aku rasa hanya kepalaku berdenyut nyeri dan pandanganku kabur begitu saja.






“shilla” aku mencoba membuka mata pelan-pelan, ada mama di hadapanku sedang tersenyum, di samping lain ada papa, dan ada, gadis itu, gadis kecil yang ku selamatkan saat itu, ia tersenyum sambil membawa setangkai mawar di tangan mungilnya.
“bunga yang cantik buat kaka yang cantik” ujarnya polos, aku menerima bunga itu.
“makasih yang lebih cantik” balasku sambil tersenyum
Aku mencoba untuk duduk namun papa menahanku
“aku dimana pa, ma? Terus semalem aku kenapa?” tanyaku pada mama dan papa
“sayaang, kamu udah sembuh, kamu udah bisa jalan” papa memeluku
“iya papa, ini udah izin tuhan pah, dan karna mario” ujarku datar

“karna seorang mario, bagus tuh shill buat di jadiin judul novel baru kamu” ujar seseorang
Aku melirik, dan tersenyum.
“rio”
Rio menghampiriku dan membawa mini novel di genggamanya, novel itu , aku memandang siluit tampan di hadapanku yang masih tersenyum.
“ending yang bahagia, novel ini pasti laris kalo di ganti judulnya sama ‘karna seorang mario’ hehe” ia tertawa pelan, aku mencubit tanganya pelan.
“jadi kamu yang rencana-in ini semua??” tanyaku.





Ada kalanya setiap manusia lelah dalam melangkah, dan ada saatnya untuk berhenti. Tapi bukan saat ini, hidup kita masih pada awal cerita, dan jangan berhenti begitu saja, ada banyak cara untuk meraihnya, tersenyumlah. Banyak orang-orang yang menyayangimu tanpa kau sadari itu, bahkan mereka menangis saat kita terluka, dan mereka tersenyum saat kita bahagia.
Kehidupan ini bagai drama, ia sebagai penulis skenario sekaligus sutradaranya, dan kita sebagai peran utamanya, maka dari itu lakukanlah yang terbaik agar hasilnya layak di pertanggung jawabkan.
Kisah ini hanya motivasi, ada cahaya kecil yang selalu akan menerangi dalam langkah kita, ada kasih dan sayang yang akan menjadi penyemangat kita. Saat kita terjatuh mungkin kita akan merasa tidak akan bisa bangkit lagi, itu salah, yang benar adalah, saat kita terjatuh, tuhan telah mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dan akan ada sebuah pelajaran yang harus kita pelajari, yaitu sabar.
Dan jika semua telah kau genggam, percayalah kau kita ta-akan terjatuh lagi.



aku berjalan di samping Rio, memakai dress putih senada dengan sepatu, rambutn ku biarkan tergerai indah. Hari ini merupakan hari wisuda Rio yang seminggu lalu resmi menyandang status sebagai kekasih’ku’.
“ini acara berkesan banget shill, soalnya ada kamu” ujar rio tulus.
“selamat ya Rio, akhirnya kamu lulus juga”
“iya sayang makasih, ini berkat dukungan kamu juga”
Acara di tutup dengan kegiatan massal melempar topi wisuda di halaman kampus, aku bahagia melihat senyuman rio yang terukir sempurna di wajahnya, karna seorang mario aku bisa belajar lebih banyak hal, tentang semangat dan –cinta.




The end-


What do you think?
Ini sumpah cerpen terjelek dari puluhan cerpen-cerpen jelek yang saya buat -_-
Dan dengan polos dan lugu saya berani mempost cerita tanpa alur ini, over all maaciw buat yang mau baca, walau sebenarnya dengan paksaanku u,u aku terharu cemans *bighugkisskiss ({})

NB : ini cerita pan couple nya yoshil lagil yah, bagi yang gak suka yoshill *kriiik* maaf kurang memuaskan kalian, jujur saja ini hanya untuk kepuasaan diri saya pribadi dan para teman comunity saya tercinta *pelukcium YSF , jadi maaf aja deh ya sebelumnya.
Thanks thanks thanks love u all (buat yang mau baca aja) .__.V
Follow me : @nittajullio
 

Gema Aksara✎ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea