Satu kata ketika saya membaca kalimat ini adalah “Weird”. Kenapa? Banyak yang perlu saya jelaskan dibalik kata weird itu sendiri. Aneh, ketika kamu barusaja merasakan apa itu datangi, lalu ditinggalkan lagi. Aneh, ketika kamu sudah meneguhkan hati bahwa dia adalah pengganti si pemilik lama ‘hati ini’ namun kemudian memilih pergi. Aneh, ketika ia yang menyapa kali pertama kemudian hilang begitu saja. Dan masih banyak jutaan aneh yang bersemayam di hati dan pikiran saya tentang sesuatu bernama datang dan pergi.
Dari
kalimat itu, kita bisa menemukan “Getting
close to somone for a while..” for a
while, ya, saya selalu miris ketika menyadari sesuatu berubah sekejap mata
dengan begitu nyata di hidup saya. U know
what, I felt those. Rasanya...
tidak tahu seperti apa. Tidak terasa luka, namun selalu ada yang mengganjal
dihati saya. Mungkin ini yang banyak dikatakan remaja dewasa ini, mungkin ini
rasanya diberi harapan palsu. HAHAHA dunno
what I said, eh, but it’s a fact.
Saya
selalu bertanya kepada angin, berharap gelombangnya menepi pada si pemberi
harapan, dua kalimat saja, “Mengapa kamu menghampiri jika kamu kemudian memilih
pergi? Dan mengapa kamu terkadang kembali dengan sebongkah harapan yang
membuatku terbuai akan mimpi?”
Kamu
tidak menjawab, ya aku tahu. Kamu juga mungkin tidak menyadari selama ini ada
sebongkah hati yang kamu tabrak-tabrakan sesuka hati.
Jujur
saja, saya sempat jatuh cinta. Kepadanya. Siapa yang tidak bisa jatuh cinta. Ketika kamu
sedang berada dalam titik mengagumi tanpa dicintai seseorang dalam waktu
terhitung tiga tahun lamanya, dia datang, membawa segenggam harapan yang
membuatmu bangkit dari keterpurukkan.
Dia
datang, dengan segala kesederhanaan. Dan tidak butuh waktu lama, dia bisa
membunuh perasaan pekat saya untuk seseorang dimasa lama dengan begitu
hebatnya. Lalu, membuat saya jatuh cinta kepadanya dalam sekali tepuk saja.
Seolah ia memiliki sebuah mantra.
Tapi
itu hanya berlaku dua minggu saja. Setelah dengan bodohnya mencuri rasa saya
dari orang dimasa lama, dia pergi tanpa kata, hilang ditelan ketidaktahuan dan
pergi tanpa permisi.
Lalu
saya sempat bertanya pada diri sendiri. Apa selama ini saya hanyalah
persinggahan saja? Kenapa pula ia seolah benar-benar berniat ke arah sana. Mengirimkan
saya hal-hal manis, memberi perhatian dan teguran yang begitu magis, seolah
bersamanya hidup saya tidak akan hanya statis, tapi bisa dinamis.
Dinamis..
ya satu kata lain yang kemudian menjungkirbalikan segalanya. Dinamis.. berubah-ubah. Tidak di tempat.
Dia berubah. Setelah apa yang dia berikan akhirnya berdampak pada perasaan
saya, dia pergi, dengan segala pertanyaan rumit dihati.
Saya
lalu bertanya; apa salah saya? Dia hanya menjawab tidak apa-apa. Begitu
seterusnya hingga saya jenuh. Saya jenuh karena seolah saya berbicara dengan
orang asing. Bukan seperti dia yang kali pertama menyapa. Dia hilang, membuat
saya bimbang. Bimbang untuk terus berjalan, atau berhenti. Karena dua pilihan
yang berbeda, hasilnya tetap akan sama. Saya sama-sama akan terluka.
Lalu
saya menemukan jawaban dari segalanya... dan jika dianalogikan sebagai tiang. Ia
adalah sebuah tiang yang entah mengapa saya bersandar tanpa sengaja disana.
Tiang ini tidak begitu memiliki arsitektur yang indah, namun memiliki aura yang
sangat nyata dan menjanjikan kenyamanan ketika saya bersandar kepadanya. Tiang
ini.. memiliki pondasi sekuat baja, seolah terbuat dari materi yang tahan
gempa. Dan unsur ketidaksengajaan itu kini berubah menjadi... saya suka
bersandar berlama-lama disana.
Tapi
rupanya saya salah persepsi. Saya terlalu memuja tiang ini dan tidak ingin
pindah lagi karena saya merasa nyaman disana. Saya salah, justru kenyamanan
yang diberikan tiang ini rupanya ia berikan kepada orang lain jua. Kepada orang
berbeda. Dan saya akhirnya sadar, tiang ini sepertinya tidak ingin saya
berlama-lama bersandar disana. Dia tidak ingin lama menginginkan saya, dia
ingin orang lain melihat kesempurnaannya memberikan kenyamanan ketika mereka singgah
kepadanya. Saya salah sangka, dia tidak senyaman yang saya kira.
Lalu
jawaban kedua, mungkin, karena saya
orang yang tidak seperti dia harapkan. Saya terlalu menutup diri ketika
ia ingin merangkul saya lebih jauh lagi. Dia salah.. saya hanya.. butuh lebih
banyak waktu untuk meyakinkan hati. Tapi mungkin dia tidak mengerti, dia
menyimpulkan semuanya secepat kilat, dan dia mungkin sedang cepat-cepat,
sehingga dia tidak mau lagi berada di tempat. Dia lagi-lagi tidak mengerti,
jika sedetik lagi ia bisa menunggu, saya dan dia mungkin... sudah bisa merajut
sebuah benang baru.
Tidak
apa.. karena saya tidak ingin terlihat seperti gadis yang mudah diraih.
Karena...
Because I’m not easy.
But I think he had give up on me.
Its up to him. I know, every guy
are actually looking for a nice girl to be his. But once again, I won’t be
easy... because my heart is too worth for someone who didn’t want to struggle.
Dan
atau mungkin... karena persinggahan barunya kini lebih baik dari saya. Dan dia
merasa nyaman disana, saya hanya bisa mengucapkan. Hi you:
Lalu
saya berhenti sampai disini. Meski saya, sejujurnya pernah mencintai.
Diantara
fajar yang berhujan,
Saya
tidak berharap kamu kembali.
Dari yang pernah kau datangi,
@nitajulio_
0 komentar:
Posting Komentar