elo milik gue shilla *cerpen*

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri



**



“apa maksudmu ?” sebuah suara menarik perhatian kaki panjang seorang gadis yang tengah melewati koridor kelas di lantai dua, ia menghentikan langkahnya dan bergeser dari tempat pertama ia berhenti ke dekat sebuah pintu dan mendekatkan telinganya pada sebuah pintu jati.
“aku gak bisa lanjutin hubungan kita rio,maaf” gadis itu semakin tertarik dengan percakapan beberapa orang di dalamnya, ah penasaran gadis itu pun mengintip pada lubang kunci pintu  , hanya dua orang ternyata.
“terserahlah” sebuah suara bariton menyahut kalimat tadi, dan langsung hilang dari penglihatan mata yang sengaja ia sipitkan agar dapat melihat objek di dalam-nya.

Buggg. pintu jati itu terbuka.

“oow” gumam gadis itu yang masih membungkukan setengah badanya, celaka. Batinya. Tubuh jangkung yang menjadi objek intipan gadis itu kini telah berada di hadapanya sambil melipat kedua tangan di dada. Gadis itu memandang fostur tubuh si pemuda dengan ragu masih dengan posisi tubuhnya yang tidak bergerak, sementara si objek tak berkomentar apa-apa dan berlalu begitu saja.
“mampus gue” gadis itu menepuk jidatnya pelan.




--
“hahahahaha lucu sumpeh shill” tawa lebar Agni memecahkan keramaian kantin, yang saat itu ramai dengan pemilik-pemilik perut lapar, maksudnya tawa gadis itu tak kalah keras dengan teriakan-teriakan penghuni kantin yang berlomba memesan makanan mereka.
“gak ada yang lucu, autis lo” komentar gadis di samping-nya yang menjadi alasan atas bahan tawaan gadis hitam manis itu. Selanjut-nya tak ada obrolan apa-apa lagi selain suara penghuni kantin dan suara tawa lepas gadis itu yang meramaikan isi kantin.





“ehem lo shilla?” gadis yang di manggil shilla itu menoleh ke sumber suara, dan betapa terkejutnya ekspresi gadis itu ketika menyadari pemilik suara yang menyebut namanya, tanpa ia sadari dirinya kini menjadi pusat perhatian seisi kantin. Gadis bernama shilla itu menyeringai kecil.
“hehe” tanpa perintah dan tanpa izin si pemanggil mendaratkan pantatnya duduk di samping shilla- dan menarik jus melon ke hadapanya.
“jangan so santai-santai yah sama gue, lo punya masalah sama gue” shilla mengernyitkan dahi mendengar pernyataan barusan.
“hah apa? Masalah? Sama elo kak, apaan?” selang beberapa menit tak ada jawaban , shilla berdecak ketika melihat gelas isi jus melon miliknya telah habis sempurna di minum makhluk di samping-nya.
“eeee sarap ya lo, udah Sksd , so punya masalah sama gue, taunya cuman numpang minum gratis, aneh lo ei u te ai es” celetuk shilla, pemilik suara itu berdiri sebelumnya menyampaikan sebuah kalimat pada shilla.
“jangan pura-pura bego atau lemot deh, kalo elo punya ini” ia menunjuk kepalanya
“temuin gue di lapang basket utama dan tanggung jawab atas perbuatan gak sopan lo” lanjutnya yang kemudian berlalu, shilla mengedikan bahunya sementara Agni masih melongo dengan kejadian yang di tontonya tadi.




-
Shilla mempercepat langkahnya ketika bel pulang berbunyi, gadis itu sengaja meninggalkan ranselnya di dalam kelas karena hanya akan menemui ‘seseorang’ dan belum berniat untuk pulang, masih ada esktakulikuler musik yang harus ia ikuti hari ini. Shilla menuruni undakan anak tangga dan berjalan menuju lapang basket utama, mengingat arahan dari manusia di kantin itu. Gadis itu kini telah berdiri di lapang dan menoleh kesana kemari, walau banyak siswa-siswi yang berjalan melewati tempat itu, namun nihil tanda-tanda untuk keberadaan seseorang yang shilla maksud, gadis itu berkacak pinggang dan memilih duduk bersila di tengah lapang tak peduli dengan pemikiran siapa pun yang melihat kegiatanya.
“dasar aneh, lo kalo mau semedi jangan disini, yang ada kulit lo item, oh jangan-jangan lo mau itemin kulit kaya bule-bule di pantai itu, ck gak modal” celetuk sebuah suara, shilla mengenali betul suara itu, ia hanya melirik tak acuh masih mempertahankan sikap so cueknya.
“sial gue di cuekin”gumam pemuda itu.
“eh beridiri lo gue mau ngomong” perintah suara itu, shilla masih mempertahankan posisinya. Suara itu berdecak.
“ck, budek ya lo gue suruh berdiri juga” shilla masih tak berkutik, sepertinya asik juga menjaili makhluk di sampingnya.
“woi gue bilang berdiri bocah” shilla pun berdiri dengan sempurna.
“sial. Gue gue bukan bocah kakek, lagian elo nyuruh gue berdiri udah kaya raja aja”
“elo udah tau nama gue?” shilla menggeleng pelan dan mengangkat sebelah alisnya.
“ketinggalan jaman. Gue Rio. Mario stevano aditya, cowok terfamous dan terkeren disini, secara gue ketua tim basket” ujar si pemilik suara itu yang kini baru shilla ketahui bernama mario, Rio kata dia panggilanya.
“apa gak salah denger gue? Nama lo Mario?” shilla memperhatikan siluit pemuda itu dari ujung kaki hingga kepala.
“nama sama wujud berbeda sembilan puluh derajat hahaha” lanjutnya, rio memelototi gadis itu geram.
“sial. Gue gak suka basa-basi yah, ngapain tadi elo ngintipin gue? Mau cari masalah?” tanyanya to the point.
“ee kepedean banget sih elo jadi orang, gue tadi mmm ya daripada kejadian yang ngga-ngga antara elo sama seorang cewek di dalam sebuah ruangan dan berdua saja, mending gue intipin, kan bisa gue laporin” jelas shilla panjang lebar.
Tanpa berkomentar pada jawaban shilla, pemuda itu menarik lengan shilla dan mendekatkan shilla pada tubuhnya, jelas-lah shilla tak bisa berkutik di buatnya. Rio mendekatkan wajahnya perlahan, bahkan saat itu nafas shilla terasa tertahan dan sulit sekali ia hempaskan.
“hidup lo bakal gak tenang” bisik pemuda itu dekat telinga kanan shilla, dan perlahan mendorong bahu shilla pelan menjauh dari tubuhnya. Tak terdengar suara shilla, gadis itu masih diam mematung memandang ke sembarang arah dan menetralisir degupan jantungnya yang detik tadi di pekerjalan melebihi batas seharusnya.


--
Jam kini merupakan jam olaharaga untuk kelas shilla, gadis itu paling malas dengan pelajaran yang satu ini, selain karena kegiatan yang berat dan bisa membuat badanya pegal-pegal setelahnya, olah raga juga bisa membuang stok keringatnya. Pikir gadis itu.
Setelah selesai berganti seragam dengan kaos olah raga, gadis itu berjalan berdampingan dengan Agni yang begitu semangat menyambut pelajaran ini, lihat saja agni, gadis itu sedikit tomboy, sangat menyukai olah raga, berbeda sembilanpuluhderajat dengan shilla.
Keduanya kini telah menginjakan kaki di lapangan indoor, agni telah dulu mengikuti permainan basket dengan teman-temanya sambil menunggu arahan dari pak duta-guru mata pelajaran olah raga yang belum juga menampakan dirinya. Sementara shilla yang bingung memulai penasan dengan apa, karena jujur ia malas besentuhan dengan bola bundar yang memantul itu, memilih menggoyang-goyang badan-nya dengan gerakan bukan pada seharusnya, bukan bagian dari gerakan pemanasan, hanya bergoged-joged seadanya, tak peduli juga dengan cengiran teman-teman yang sesekali melihat ke arahnya.
“gila lo, mirip banget sama badut yang suka joged-joged di acara ulang tahun anak-anak haha” shilla menghentikan aktifitasnya dan melirik.
“elo lagi kak, ngapain sih ganggu hidup gue aja” shilla melanjutkan pemanasan.
Rio kini menjauhkan tubuh jangkungnya dari hadapan shilla dan berjalan dengan tampang keren dan paling keren, ia tersenyum miring, membuat seisi lapangan hanyut dalam senyum nya, kelihatanya gadis itu pun tak peduli dengan kepergian rio, hanya saja kenyataan tak bisa di pungkiri dari manik mata shilla yg mengikuti kepergian rio hingga kini berada di tengah-tengah lapang indoor dan meraih bola basket dari teman-nya. Ah siapa juga yang tidak tertarik dengan untuk menikmati siluit tampan seperti itu.






*
Sore itu shilla menunggu jemputan di sebuah halte yang tak jauh dari sekolah, kota jakarta sore rupanya tak cocok untuk ukuran gadis seperti shilla, kalau bukan karena hukuman dan jika tidak di penuhi nilai mata pelajaran sejarahnya kosong, dengan berat hati ia menjalakan hukuman tersebut. Gadis itu menengadah ke awan , mendung, sepertinya mau hujan. Ia meraih ponsel dalam saku seragamnya, lowbat. Sial. Rutuk gadis itu.

“perlu tumpangan?” ganti mata gadis itu melihat objek di hadapanya, sebuah alfard silver dan seorang  pemuda yang mengemudikanya. Shilla memicingkan mata dan membuang muka.
“gak usah so jual mahal lo, udah mau ujan juga! Ayo pulang!” perintah suara itu, shilla tak menggubris ajakan pemuda itu. Dengan geram pemuda itu keluar dari mobilnya dan meraih paks pergelangan tangan shilla.
“eh?”
“ayo ah”






-

Sebuah cinta takkan hadir karena paksaan, cinta itu hadir karena sebuah keadaan.
Kapan dan dimana , kita pun tak tahu. Biar hati yang berbicara.

“oh, jadi elo di putusin toh sama cewe lo” shilla membulatkan suaranya, Rio- pemuda di samping shilla yang masih fokus dengan kemudinya mengangguk dua kali.
“iyaa, puas lo? Gak usah ngintip kan, kalo mau tahu tanya aja”
Gadis reflek merubah posisi duduk-nya dan menghadap ke arah rio sambil menopang dagunya.
“itu gak sopan kali kak, yah elo sabar aja, masih banyak cewe lain yang mau sama elo, eh berarti kita damai dong” ujar shilla . rio tersenyum tipis.
“gak ada damai-damai, bisa sih tapi ada syaratnya”
“apa?”
“elo jadi pacar gue”





--

Agni mengambil posisi duduk di hadapan shilla yang memasang tampang bunglon, kadang seperti ini, kadang seperti itu, membingungkan. Mencoba santai shilla menarik nafas panjang dan mulai membuka suara.
“gue di tembak kak rio ag”
“HAH!” shilla menginjak sepatu kanan gadis itu yang akhirnya kini mengecilkan volume suaranya, shilla berdecak pelan.
“aduuuh jb jb yaa, gue gak tau  nih mau jawab apa abis gue bingung, kenal kak rio aja baru, terus kan punya masalah”
“lo suka gak sama kak rio?” tanya agni, shilla mengerutkan keningnya dan mengangguk tiga kali.





Jam istirahat kali ini, shilla mengurungkan niat pergi ke kantin, pikirnya ia takut bertemu rio, sejak kejadian singkat kemarin sore, sedangkan pemuda yang di maksud tengah duduk di sebuah bangku taman sekolah di temani seorang gadis berdagu tirus yang juga diam tanpa sebuah kata apa-pun. Bosan berlama-lama tak bersuara, rio dengan gentle akhirnya melontarkan sebuah suara.
“maksud lo apa kasih kesempatan ke gue?” gadis itu melirik dan menatap siluit rio dengan sempurna.
“aku gak ada hubungan apa-apa kok sama gabriel” rio balas melirik gadis itu.
“so? Maksud lo yang kemaren mutusin gue apa? Elo mainin gue ha?” gadis itu menggeleng keras-keras.

“jangan bentak aku rio, aku aku gak mutusin kamu kok”


Tanpa berfikir panjang, pemuda bergigi gingsul itu meraih tubuh si gadis ke dalam dekapanya, ia memeluknya dengan erat, biarkan saja apa kata teman-teman yang melihat perlakuan ‘frontal’ nya itu.
Namun, ada sebuah rasa kecewa pada pemilik dua bola mata bening yang melihat kejadian itu. Entah kenapa, sebuah rasa sesak menemani rasa kecewa yang muncul dalam indra penglihatanya. Shilla.





-
Saat hati mencoba terbuka, kau tutup lagi tanpa kata. Tanpa makna, tak ada berita.


Shilla mendesah pelan, meraih blazer abu dan memasukanya ke dalam ransel. Langit sudah menampakan warna orange, gadis itu duduk di aula timur dekat gerbang. Ketika matanya tertumpu pada satu titik, gadis itu rasanya shilla kenal.

Oh ya, tidak salah lagi dia bukanya gadis yang tadi siang bersama rio di taman sambil berpelukan, lantas mengapa ganti ia bersama pemuda lain, gabriel. Shilla mengenal betul playboy satu itu.
Dengan gerak cepat, gadis itu mengikuti pergerakan langkah dua sejoli itu, apa maksudnya ia bersama pemuda lain, berdua saja bergandengan tangan?
Shilla mengintip aktifitas keduanya di balik semak dekat parkiran, entah kenapa pikiranya ingin sekali mengikuti mereka, ada yang mencurigakan.

“god job fy, gue makin sayang sama elo, thanks dear sedikit demi sedikit kita bisa hancurin rio” ucap pemuda itu, shilla tersentak di tempatnya .

“hancurin rio? Sayang?”





*


ada rasa rindu yang menggumpal di hati shilla, rindu akan sosok itu, pemuda yang beberapa hari kemarin mengusiknya yang lantas menghilang dari hari-harinya ketika hadir kisah lama yang kembali ke kehidupan pemuda itu, yang bahkan shilla ragukan. Ingin sekali ia menghampiri rio dan menceritakan apa yang ia lihat kemarin, apa itu tak lancang?
Siapa sih shilla? Cuman adek kelas yang jadi mainan pemuda itu kan?




“kak rioo!”
Dengan nafas tergesa-gesa gadis itu berlari menghampiri objek yang di maksudnya, rio –objek itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.



“apa lo?”
“gue mau ngomong kak” rio mengernyitkan dahinya.
“ngomong aja disini cepet , so penting deh lo”
“ck, ini soal cewe lo itu, lo balikan sama dia?” tanya shilla to the point
“oh, penting yah tau privasi orang ?”
Tak ada rencana, tanpa kata , dengan reflek gadis itu mendaratkan telapak tanganya di pipi kanan rio dengan kasar, sementara si empunya hanya meringis kesakitan.
“gila lo, maksud lo apa nampar gue bocah!” shilla melipat kedua tanganya di dadaa.
“elo jangan terlalu bodoh di mainin sama cewe kaya dia,dia gak tulus balikan sama lo, gue liat dia kemarin bareng gabriel” pemuda itu tersenyum kecil
“gue gak peduli lo mau ngomong apa”


-


Gue bukan berharap apa-apa sama lo, yang gue minta elo percaya sama gue, meskipun elo cuman kenal gue sebatas yang elo mau.




“shill, elo tau gak?” shilla menggeleng
“engga”
“ah gue aja belum cerita, si kak rio shill berantem sama gabriel gara-gara cewe, eh si cewenya milih gabriel, jelas-lah si rio malu” shilla melirik ke arah sahabatnya, -agni .
“gue udah tau” sahut shilla
“berarti masih ada kesempatan elo shill, siapa tau kak rio masih inget sama pernyataan cintanya dulu ke elo” shilla mendesah pelan kemudian berlalu meninggalkan agni.




“dia aja gak percaya sama omongan gue, gimana sama perasaan gue”



“gue percaya elo kok shilla”

Shilla mematung di tempatnya.


“elo nyerah shill? Gue kira elo naksir gue, heuhh” shilla mengedarkan pandanganya pada suara itu.
“kak rio..”

“maafin gue yah?” ujar rio datar.  shilla meninju bagian perut rio
“ngomong aja seenak jidat lo”
“mau gak jadi pacar gue shill?”
DEG. Mata shilla membelalak lebar bertumpu pada manik mata milik rio, pemuda itu tersenyum ke arah shilla, lengkap sudah ia terbang di buatnya.
“gue gak mau jadi pacar elo kak, tapi... gue mau jadi milik elo”
Rio mencubit pangkal hidung gadis itu dan meraih ke dalam dekapanya.
“elo milik gue deh shilla”



Cinta hadir tanpa rencana, ia hadir karena peristiwa hingga menjadikanya sebuah cerita.


End-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gema Aksara✎ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea