enjoy it !
*
Aku duduk termenung dari balik jendela kamarku, ada dua alasan mengapa sampai detik ini aku masih betah menatapi jendela itu.
Pertama aku bisa mekihat matahari terbit, kedua aku bisa menemukan semangatku dia .
-pemuda yang tiga bulan ini menjadi penyemangat hidupku, kadang aku berpikir betapa bodohnya aku, mengagumi seseorang hanya dalam balik tirai gordenku?
Bahkan selama tiga bulan ini aku bisa merasakan hal aneh yang menggelayut dlam hatiku, cinta.
Mungkin itu maksudnya.
Sama seperti hari kemarin, aku mendorong tubuhku kearah jendela kamarku yang berada paling depan. Jam 06.45 tepat.
Tapi mana tak ku temukan tanda2 dia. Hufft. Apakah dia bosan berjalan di atas aspal sana ? atau dia bosan lewat depan runahku ? entahlah .
Crek,,
Suara pintu terbuka, aku mengerjap sebentar . hanya mama, aku kembali menatapi jendela itu, berharap tak lama lagi sosok itu akan nampak, namun nyatanya harus kubuang harapan itu jauh-jauh.
Sudah lebih dari 10 menit dari jam biasanya belum terlihat juga . aku mulai meyerah.
Mungkin hari ini aku takan bisa menemuinya, ralat, melihatnya .
**
“shill ?” panggil seseorang, aku menoleh lalu tersenyum tipis
“yaa mom ?”
“hai vano, ayo kemari” ajak mamaku, aku berusaha mebalikan kursi itu.
Dan detik itu juga, tubuhku menjadi kaku, detak jantungku mulai tak beraturan, uratku mengejang, bahkan sebuah rasa menggelisir hangat pada hatiku. –diaa
“hai” siluit itu tersenyum, manis –sekali- kemudian ia menghampiriku yang masih diam mematung.
“mario stevano, kamu shilla kan?” ia tersenyum sambil menyodorkan tangan kananya.
“shillaa ....” aku menjabat tanganya ragu.
Cukup beberapa detik, ia melepas jabatanya, walau hanya beberapa detik tapi detik itu takan pernah ku lupa.
“maaaa..” aku melirik ke arah pintu, ah kemana mama bukanya tadi ia berdiri disana ?
Ayolah, apa aku harus berdua saja denganiya ? dengan pemuda ini ? jangan bercanda.
“mmm ada apa mario ?” tanyaku memecah kebisuan, bodoh. Pertanyaan paling bodoh bukan ?
“oh iyaa, ini ?” ia mengangsurkan sebuah mini novel kearahku, sepertinya aku hapal betul benda itu, astagaa bukanya benda jelek itu adalah tulisanku.
“maaaa” teriaku
“tenang shilla, aku bisa jelasin” hening kemudian.
“hmm jadi seminggu lalu mama kamu ngasih novel ini sama aku, dia nyuruh aku baca terus ngasih nilai deh sama novel ini.” Jelasnya, aku mengernyitkan dahi.
“mengagumimu dari balik jendela”
“aku ga ngerti judulnya, tapi kayanya seru, pas aku baca ceritanya itu tentang cewe yang lumpuh dan hampir saja putus asa, datang seseorang yang merubah hidupnya, setidaknya gadis itu mendapat secuil semangat hanya dari senyum pemuda itu, yang bahkan hanya ia dapati dari balik gorden jendela kamar, keren shill”
DEG.
aku menegang saat itu juga, jangan sampai pemuda itu menyadari bahwa sebenarnya ialah tokoh dari cerita tersebut.
“di tengah cerita, gadis itu bisa ketemu juga sama cowo impianya, sayang gaada lanjutanya, padahal bagus banget loh shill ceritanya, aku dapet feelnya banget” lanjutnya dengan semangat.
Aku menyeringai kecil lalu membalikan kursi roda itu, rio membantuku kemudian mengarahkan kursi roda itu ke arah jendela.
“ceritanya baru nyampe gadis itu ketemu sama pemudanya kan? Aku gak ngerti lanjutanya, gak ada inspirasi..” ujarku lemah
“yah kok gitu, gini deh mulai besok aku mau jadi inspirasi kamu, hehe tapi sekarang aku harus pulang dulu, pokoknya mulai hari ini, kita sahabat ya shill” ia tersenyum, menanamkan kedua tanganya pada bahuku kemudian meraih puncak rambutku dan mengacaknya pelan. Tak lama tubuh jangkungnya hilang di balik pintu jati kamar.
Ah, Tuhan memang hakim yang paling adil, menyesal selama ini aku selalu mengeluh padanya, buktinya ia mempertemukaanku dengan pemuda itu, pemuda penyemangatku.
**
Hari ini hari sabtu, aku tahu hari ini pasti aku tak akan melihat pemuda itu, namun aku meminta mama untuk mendorong kursi menyebalkan ini menuju taman, entah kenapa, setelah bertemu dengan pemuda itu, ada semangat baru yang berlebihan pada diriku, aku ingin mengenal dunia kembali, aku ingin menghirup udaranya, menatap indah siluitnya.
Kalian pasti bertanya-tanya, mengapa aku bisa duduk di kursi menyebalkan ini, ini telah sentuhan takdir, dulu aku Shilla yang cantik, pintar, aku menyukai balet. Dulu aku seorang penari balet namun setelah kejadian itu.. aku menjadi Shilla yang rapuh, tak pernah ada satu kebanggaanpun –lagi- yang orang-orang kagumi, terkadang aku menyesal dengan semua ini, tapi yang telah terjadi taakan bisa pernah di ulang kembali.
“shilla” aku melirik ke arah suara itu “rio” ia berlari ke arahku, dan memeluk tubuhku dari belakang, membenamkan kepalanya pada bahu kananku, dan lengkap sudah pemuda itu bahkan tak sadar detak jantungku berlebihan saat itu, ada sebuah rasa menggelisir pada hatiku. Tuhan, perasaan apa ini, bahkan aku belum pernah bermimpi sedekat ini denganya.
“aa ada apa mario?” tanyaku yang memang heran dengan apa yang di lakukan pemuda itu. Ia melepaskan pelukanya , berjalan ke depan dan berjongkok di hadapanku.
“aku baru tahu selain pintar, kamu punya hati yang sangat mulia, kamu merelakan nyawamu untuk menolong seseorang yang bahkan belum kamu kenal, shill”
“apa maksud kamu mario?”
“aku janji shill, aku akan jaga kamu selamanya”
“shill, ingat setahun lalu kamu menyelamatkan seorang gadis kecil yang hampir tertabrak mobil? Dan kamu selametin dia, tapi akhirnya kamu yang jadi korban” jelasnya.
“cukup rio, aku tak ingin membahas itu lagi” aku membuang nafas dan mengaburkan pandangan ke arah lain.
“kamu nyesel shill?” dia adik aku shill”
DEG. Mataku membelalak lebar, aku melirik pemuda di hadapanku, apa yang ia katakan? Gadis itu, gadis itu adiknya?
“aku akan membalas semuanya shill, sebagai ucapan terimakasih” aku tersenyum tipis.
“sudahlah mario, aku tak butuh di kasihani, lagi pula aku pengen temenan sama kamu tulus, bukan karena terima kasih” aku memutar kursi roda itu dan melengos pergi dari hadapan rio yang masih berjongkok.
“aku akan menyayangimu shill, dengan tulus” teriaknya.
**
Tujuh hari, waktu yang singkat kah ? tapi bagiku tidak, tujuh hari itu bahkan aku menikmatinya dengan sempurna, bukankah memang tuhan menciptakan hari itu hanya tujuh? Iya, percayalah perkenalan itu bukan di dasari oleh waktu, tapi dari hati, seperti aku yang melewati tujuh hari itu bersama senyum pemuda impianku, mario.
“shill” rio menepuk pundaku pelan, aku menoleh.
“hmm apa yo?”
“yu belajar jalan lagi, kamu bisa” aku menyambut ajakanya dengan senyuman, ia meraih tangan kananku dan menautkan ke bahunya. Baru saja aku melangkahkan satu kaki, tubuhku terjatuh.
“sudahlah yo, aku cape, kursi roda ini emang harus jadi temen setia aku” ujarku pasrah
Rio tersenyum meremehkan
“alah, bilang aja males, dasar cewe tuh di mana-mana manja”
Ia meraih tubuhku dan menggendong di pangkuanya, sungguh hal terindah yang tak akan pernah ku lupa saat aku merasakan aroma tubuhnya yang alami, dan desahan nafasnya yang selalu membuat hatiku tenang.
--
Hujan menemani awan yang hitam mengguyur bumi sore itu, berbeda denganku, aku mengasyikan diri dengan menatapi cahaya lilin yang bergoyang-goyang terbawa angin, ponselku tiba-tiba bergetar dan aku segera meraihnya di dalam saku celana.
“haloo”
“Rio kecelakaan, dia butuh donor darah, bukan kah golongan darahmu sama denganya?” koar seseorang di sebrang sana tanpa jeda.
“apa rio kecelakaan? Jangan bercanda, aku gak suka main-main” ujarku getir
“ayolah nanti terlambat, orang tuanya menyuruhku menghubungimu, untuk apa aku berbohong untuk keselamatan seseorang” aku mencoba menahan rintikan air yang mulai mengalir di pelupuk mataku.
“tapi aku gak sama siapa-siapa disini, aku tak bisa berjalan tanpa kursi menyebalkan ini”
“sudahlah, aku yakin kamu mampu, cepat kemari, demi mario!”
Tut tut tut, sambungan telepon itu berhenti tanpa perintah. Aku menggigit bibirku hinggah terasa sakit, menahan sesak yang menyerang dadaku sore itu.
“aaarrrhgg” erangku
“aku benci saat-saat seperti ini, tuhan biarkan aku sejenak saja melangkah untuk menyelamatkanya, dan setelah itu, kau boleh mematikanku” ujarku getir
Suara kilat makin menggelegar, rintikan air hujan masih menjadi rival air mataku yang juga mengalir begitu deras hingga membanjiri pipiku. Aku mencoba bangkit dari duduku, tak bisa bahkan kegiatan itu membuat kaki-ku semakin kaku dan sulit untuk bergerak, teruslah hingga belasan kali ku lakukan itu, namun tak menumbuhkan hasil, aku terus memaksakan dan akhirnya tubuhku terjatuh ke lantai, cahaya lilin yang menemaniku saat itu pun ikut padam, mengaburkan semua pandanganku, gelap, aku tak dapat melihat satu cahaya pun di dalam sana, aku tergulai di lantai, sedikit sedikit aku menggeserkan kakiku yang kaku dengan tenaga tangan, kemudian meraih kenop pintu dan mencoba berdiri lagi.
“aku bisa!” aku mulai bisa berdiri dan akhirnya kini aku telah berdiri sempurna, aku masih memejamkan mata dan memegang kenop pintu itu erat-erat. Aku mencoba melangkahkan kaki kananku dan... tak terjatuh.
Apa ini tuhan? Anugrahkah darimu, aku bisa melangkah dan tidak terjatuh lagi, aku membuka mataku pelan-pelan, benar saja aku bisa berdiri dan melangkah ini bukan mimpi.
Tanpa basa-basi aku berjalan hingga keluar dari rumahku, bahkan aku bisa berjalan dengan sempurna, sore seperti ini tak ada angkutan umum yang lewat, dengan paksa aku menerobos hujan, tak peduli dengan kliat yang menyambar.
RS
Brakkk
Aku membuka pintu kamar UGD dengan keras, semua mata menatapku heran, saat itu yang aku rasa hanya kepalaku berdenyut nyeri dan pandanganku kabur begitu saja.
“shilla” aku mencoba membuka mata pelan-pelan, ada mama di hadapanku sedang tersenyum, di samping lain ada papa, dan ada, gadis itu, gadis kecil yang ku selamatkan saat itu, ia tersenyum sambil membawa setangkai mawar di tangan mungilnya.
“bunga yang cantik buat kaka yang cantik” ujarnya polos, aku menerima bunga itu.
“makasih yang lebih cantik” balasku sambil tersenyum
Aku mencoba untuk duduk namun papa menahanku
“aku dimana pa, ma? Terus semalem aku kenapa?” tanyaku pada mama dan papa
“sayaang, kamu udah sembuh, kamu udah bisa jalan” papa memeluku
“iya papa, ini udah izin tuhan pah, dan karna mario” ujarku datar
“karna seorang mario, bagus tuh shill buat di jadiin judul novel baru kamu” ujar seseorang
Aku melirik, dan tersenyum.
“rio”
Rio menghampiriku dan membawa mini novel di genggamanya, novel itu , aku memandang siluit tampan di hadapanku yang masih tersenyum.
“ending yang bahagia, novel ini pasti laris kalo di ganti judulnya sama ‘karna seorang mario’ hehe” ia tertawa pelan, aku mencubit tanganya pelan.
“jadi kamu yang rencana-in ini semua??” tanyaku.
Ada kalanya setiap manusia lelah dalam melangkah, dan ada saatnya untuk berhenti. Tapi bukan saat ini, hidup kita masih pada awal cerita, dan jangan berhenti begitu saja, ada banyak cara untuk meraihnya, tersenyumlah. Banyak orang-orang yang menyayangimu tanpa kau sadari itu, bahkan mereka menangis saat kita terluka, dan mereka tersenyum saat kita bahagia.
Kehidupan ini bagai drama, ia sebagai penulis skenario sekaligus sutradaranya, dan kita sebagai peran utamanya, maka dari itu lakukanlah yang terbaik agar hasilnya layak di pertanggung jawabkan.
Kisah ini hanya motivasi, ada cahaya kecil yang selalu akan menerangi dalam langkah kita, ada kasih dan sayang yang akan menjadi penyemangat kita. Saat kita terjatuh mungkin kita akan merasa tidak akan bisa bangkit lagi, itu salah, yang benar adalah, saat kita terjatuh, tuhan telah mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dan akan ada sebuah pelajaran yang harus kita pelajari, yaitu sabar.
Dan jika semua telah kau genggam, percayalah kau kita ta-akan terjatuh lagi.
aku berjalan di samping Rio, memakai dress putih senada dengan sepatu, rambutn ku biarkan tergerai indah. Hari ini merupakan hari wisuda Rio yang seminggu lalu resmi menyandang status sebagai kekasih’ku’.
“ini acara berkesan banget shill, soalnya ada kamu” ujar rio tulus.
“selamat ya Rio, akhirnya kamu lulus juga”
“iya sayang makasih, ini berkat dukungan kamu juga”
Acara di tutup dengan kegiatan massal melempar topi wisuda di halaman kampus, aku bahagia melihat senyuman rio yang terukir sempurna di wajahnya, karna seorang mario aku bisa belajar lebih banyak hal, tentang semangat dan –cinta.
The end-
What do you think?
Ini sumpah cerpen terjelek dari puluhan cerpen-cerpen jelek yang saya buat -_-
Dan dengan polos dan lugu saya berani mempost cerita tanpa alur ini, over all maaciw buat yang mau baca, walau sebenarnya dengan paksaanku u,u aku terharu cemans *bighugkisskiss ({})
NB : ini cerita pan couple nya yoshil lagil yah, bagi yang gak suka yoshill *kriiik* maaf kurang memuaskan kalian, jujur saja ini hanya untuk kepuasaan diri saya pribadi dan para teman comunity saya tercinta *pelukcium YSF , jadi maaf aja deh ya sebelumnya.
Thanks thanks thanks love u all (buat yang mau baca aja) .__.V
Follow me : @nittajullio
0 komentar:
Posting Komentar