Dalam mimpi sekalipun

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 1 komentar


Dalam mimpi sekalipun
Oleh: Nita J.
Dalam mimpi sekalipun, jejakmu tak terhapus masa, tak tersaru waktu
Menahun lamanya kita tidak bersua, nihil isyarat maupun kata
Namun ingatan tentangmu terlalu sukar untuk bisa kulupa

Kau hadir menjadi terlalu vital dalam sepotong memori
Hingga tidak ada kesempatan bagiku untuk mengenyahkanmu dari hidup ini

Dan sekonyong-konyong
Kau datang kembali tanpa permisi
Menjamah lelapku malam ini
Memaksaku untuk mencoba memilikimu sekali lagi
Namun...
Dalam mimpi sekalipun, kau tetap tidak mampu kumiliki.

Kau tak ubahnya udara
Hadir untuk menyapa lalu pergi tanpa sempat kugenggam wujudnya
Jika dalam mimpi sekalipun kita tidak bisa bersama
Maka terjaga bersamamu adalah kemustahilan yang nyata

Lampau delapan tahun silam
Kau menjadi orang pertama yang mengajariku apa itu jatuh cinta
Kau menjadi orang pertama yang membuatku menjadi orang penuh rahasia
Menyukaimu tanpa banyak kata
Mencintaimu tanpa perlu orang lain tahu

Terlepas dari delapan tahun lalu...
Sejak kali pertama kau menjadi cinta pertamaku
Aku ingin kau tahu, bahwa dulu aku hanya meragu..

Dan bilamana kita berjumpa dilain masa
Aku ingin memberimu jawab yang amat terlambat
Jawaban atas perasaanmu yang mungkin sudah kedaluwarsa;
Aku juga menyukaimu.

Lebih dari kamu menyukaiku.

Untuk seseorang yang pernah menawan hatiku ribuan hari yang lalu,
Kau hanya perlu tahu: Dari deret abjad, R adalah huruf yang paling aku suka.
Dari aku yang dulu mendapat salam darimu,
Nita J.

REVIEW NOVEL “The Architecture of Love (TAOL)” Ika Natassa

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar


. “People say that Paris is the city of love, but for Raia, New York deserve the title more. It’s impossible not to fall in love with the city like it’s almost impossible not to fall in love in the city.” –Ika Natassa, The Architecture of Love.
Hello there! Kali ini saya akan review novel Kak Ika Natassa yang berjudul “The Architecture of Love”. Novel ini pada awalnya adalah sebuah #Pollstory yang dibuat kak Ika dengan kerjasama twitter Indonesia, yang hadir setiap hari Selasa dan kamis jam 21.00 WIB. Saya termasuk salah satu yang membaca serial ini di twitter, namun tidak pernah ikut polling karena saya sendiri membaca The Architecture of Love (TAOL) di twitter saat cerita tersebut sudah masuk episode 13.
Namun, dari #Pollstory yang saya baca di twitter sebanyak 13 episode dan 1 episode final itulah yang akhirnya membuat saya jatuh cinta pada cerita ini. Ketika mendengar bahwa #Pollstory akan lahir dalam bentuk fisik sebuah novel, saya menjadi salah satu readers yang excited ikut menunggu kelahiran TAOL.
Seperti biasa, Kak Ika selalu melahirkan cerita-cerita yang bagus, saya harus akui bahwa saya merupakan salah satu penggemarnya. Novel-novel ka Ika adalah novel yang membuat saya jatuh cinta pada genre metropop selain Ilana Tan. Maklum, di usia saya yang masih bisa dibilang remaja, saya kadang-kadang masih sering membaca novel teenlit, tapi akhirnya, sudah hampir dua tahun saya ‘puasa’ dari novel teenlit dan lebih senang mengkonsumsi bacaan-bacaan berat, termasuk metropop.
TAOL bercerita tentang Raia Risjad, seorang penulis yang ‘mengasingkan’ diri ke New York untuk mengobati syndrome writer’s block dan mencari insipirasi agar bisa kembali menulis setelah ia kehilangan ‘muse or whatever you named it sesuatu’ dalam hidupya. Dan tokoh utama lainnya, River Jusuf, seorang arsitek yang sudah lebih dulu mengasingkan diri ke New York setelah mengalami juga ‘masalah kehilangan’ yang hampir serupa.
Jujur, saat membaca TAOL saya langsung jatuh cinta pada tokoh utamanya, River dan Raia. Berlatar belakang hampir 70 % New York, novel ini mampu membuat pembaca menikmati isi bacaan sambil ‘travel’. Karena Kak Ika mengajak membaca untuk meng-explore New York dan memaksamu menggambarkannya dalam pikiran. Saya tahu beberapa tempat yang diceritakan, namun sisanya nyolong-nyolong google juga buat mencaritahu.
Kak Ika memang paling jago mengolah kata sehingga bisa menjadi kalimat-kalimat yang menggugah minat pembaca untuk terus larut pada isi cerita tanpa istirahat barang sejenak. Saya bahkan menuntaskan novel ini dalam waktu sehari. Di bab-bab awal, saya menikmati pertemuan Raia dan River yang kemudian berlanjut hingga ke momen-momen mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Saya salut ketika kak Ika dengan jagonya menceritakan sejarah tempat-tempat ataupun gedung yang menjadi latar belakang cerita. Risetnya jempolan.
River akan membuat kita jatuh cinta dengan sikap misteriusnya, sedangkan Raia akan membuat kita salut dengan jiwa penulisnya dengan keingintahuan kuat yang berujung mencaritahu tentang seorang River. Mereka tidak sadar ‘kebersamaan’ mereka pada akhirnya diam-diam menghampus pelan-pelan rasa kehilangan mereka.
Well, I’m deeply in love with this story. But, who knows, Ka Ika dengan begitu saja berubah kejam sampai mencabik-cabik hati ini dengan konflik yang muncul. For me (yang seorang membaca menyebalkan dan selalu ingin para tokoh utamanya bahagia), it’s not a big problem, tapi lagi-lagi ka Ika bikin kesal setengah mati karena membuat—masalah yang sebenarnya menurut gue sepele—tapi bisa sempurna dijadikannya pergolakan batin yang hebat dari si dua tokoh utama. Kenapa saya anggap sepele? Karena menurut saya, River saat itu sudah tahu ia jatuh cinta pada Raia, dan sebaliknya. Namun, rasa bersalah dan etc. dalam dirinya yang kemudian menjadi sebuah kekuatakan kuat yang akhirnya membuat dia tidak ingin mengakui perasaan atau tidak ingin melanjutkan hubungan itu pada suatu hubungan yang serius.-. Damn you, Riv.
Masalah tidak selesai disana, bahkan sampai River harus pulang ke Indonesia dan Raia ditinggalkan begitu saja dengan berjuta pertanyaan dalam dirinya. Once again, damn you, Riv. Saat Raia sudah bisa kembali menemukan dirinya yang lama, River membuatnya kembali pada konflik pertama.
Well, kalau diteruskan akan banyak emosi-emosi yang muncul dan saya mungkin akan memaki-maki River berlebihan (ini saja sudah spoiler banget hehe). Yet overall, TAOL adalah sebuah novel yang layak dan wajib dibaca, sama kerennya seperti Critical Eleven yang juga mencabik-cabik hati saya.
TAOL, sekali lagi, akan mengajak pembaca untuk bukan hanya jatuh cinta pada River dan Raia, tapi juga sekaligus membuatmu jatuh cinta pada New York dan membuatmu ingin terbang kesana. Sama seperti judulnya, The Architecture of Love, yang dalam Kamus besar Bahasa Indonesia: ar·si·tek·tur /arsitéktur/ n 1 seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2 metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. Cinta juga butuh arsitektur, cinta harus punya konstruksi yang kokoh, agar cinta bisa berdiri dengan apik tanpa harus roboh.
People say that you will never know the value of a moment until it becomes a memory.”
Because you’re as lost as I am, Raia. And in the city this big, it hurts less when you’re not lost alone.”
With the way he makes me feel, I don’t care about that shit anymore. I don’t need to know about his past anymore because his present—and presence—makes me happy. I make him laugh and he makes me laugh and it’s enough.”
You know what is wrong about always searching for answers about something that happened in your past? It keeps you from looking forward. It distracts you from what’s in front of you, Ya. Your future.”
    The Architecture of Love
Regard,
Nita J.

Words of the day

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar

Waktu berlalu tanpa rasa ragu. Kalimat itu adalah definisi dari kehidupan tidak pernah berhenti meski dalam hitungan detik. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tidak ada yang abadi bagi penghuni bumi, ia hanya perlu menghabiskan sisa waktu yang telah dinegoisasi dengan kehidupan, sampai batas waktu mana ia mampu bertahan.
Usia adalah misteri. Dan usia yang setiap tahun berganti angka bukanlah pertanda kau semakin aman di Bumi, melainkan peringatan ulang bahwa waktumu sudah tidak lama lagi.
Ugh, hari ini aku mengulang hari yang sama. Orang-orang mengenalnya dengan hari kelahiran. Hari ulang tahun. Saat orang-orang bersukacita menyambut hari kelahirannya, aku disini menyepi ditemani helaan nafas bumi, teriris menyadari umurku semakin menua dan kesempatanku di dunia tidak tahu berapa lama lagi. Aku bersyukur, hari ini datang. Karena aku tahu betapa banyak nikmat dan kesempatan yang selama ini diberikan. Aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup bersama orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku—meskipun acapkali aku ragu, adakah orang-orang itu—.
Kalian tahu, terkadang aku juga selalu mendefinisikan hari kelahiran sebagai the day that I won’t it to comes. Kenapa? I’m tired for being this sad. I’m tired for always repeat the same thing continuously. The fact that I’d never expected as much as I did to them. Kenyataan bahwa aku tidak pernah diharapkan sebanyak aku mengharapkan. Hal paling menyedihkan tentang hidup menjadi manusia adalah bukan ketika kau terluka atau bukan ketika kau putus cinta. Bagiku, hal paling menyedihkan selama hidup diantara lautan manusia adalah; Menjadi terlalu peduli.
Aku benci menjadi orang yang selalu memprioritaskan orang lain daripada diriku sendiri. Aku benci menjadi bagian dari orang yang selalu mengharapkan setitik balasan. Aku benci selalu berharap ingin diperlakukan istimewa sebagaimana aku memperlakukan mereka. Ketika kau sibuk merangkai kalimat indah sebagai doa, menyiapkan sepotong kado untuk diberikan kepada mereka, sebingkai foto yang kau hias sendiri sebagai sebentuk perhatian, sebuah kejutan, sebuah perayaan. Perhatian, rasa peduli, all I have I always dedicates to them, semua yang aku punya selalu aku dedikasikan untuk mereka. But why they don’t do such a thing like I always do them? What makes me undeserved to get all of those?
Hal-hal kecil yang sebenarnya mungkin hanya sebentuk sikap kekanak-kanakan, aku sebenarnya menyesali itu semua. Aku menyesali mengapa aku harus merasakan hal itu, terlihat seolah aku tidak ikhlas dengan apa yang aku berikan. Believe me, it’s not the problem. Aku merasa senang ketika aku bisa menjadi bagian dari orang-orang yang bisa membuat mereka memiliki alasan untuk tersenyum bahagia, bahagia atas hal kecil yang aku berikan. Those things were perfect until they day that I won’t it to comes was come. I hope the same thing, but I got nothing.
Hal-hal kecil yang sebenarnya mungkin sepele bagi mereka, they never know that it can be such meaningful to me. Their little attention is a little bit happiness.
Forget it a while…
Di balik itu semua, aku ingin bersyukur dengan apa yang diberikan dunia kepadaku sepanjang tahun ini. Tahun ini adalah tahun terbaik selama aku menjadi seorang remaja. Aku diberi kesempatan berkali-kali lipat. Sebuah perjalanan, pertemanan, impian dan sebuah penghargaan.
Aku diberi kesempatan untuk melihat tulisanku sendiri dimuat dalam media cetak, sebuah impian yang selama ini hanya teronggok disudut tempat yang tak bernama. Aku bisa mendapat penghargaan, menikmati hadiah perjalanan atas hasil menulisku sendiri dan juga melebarkan tali pertemanan dengan orang-orang dari setiap kota berbeda.
Dunia memang selalu seimbang. Sometimes, when I feel that people are careless with my existence, on the other side, I was given a million great things by the world. Sebuah kesempatan untuk melebarkan sayap, untuk terbang ke atas, menuju tempat yang tanpa batas. Aku diberikan kesempatan untuk menjadi tidak hanya seorang Nita, tapi lebih dari sepotong nama.
Kehidupan tak ubahnya perubahan. Semua akan silih berganti sesuai siklusnya. masing-masing. When you feel you were down, without a friend and have nothing to be proud, maybe you don’t know your life cycle is ready to change. Kau tidak tahu, disisi berbeda, siklus hidupmu siap berganti, kau diubah untuk menjadi sebuah permata yang dipuja banyak orang, YOU WERE UP. Kau hanya perlu merubahnya, tidak peduli dibelenggu batasan atau keragu-raguan. Kau hanya perlu menikmati sisa hidupmu menjadi manusia yang berguna, menjadi manusia yang bisa mengekspolari jutaan hal berharga yang ada di dalam dirimu.
Even though sometimes I hate myself for caring people too much than I care mine, believe me, I love for being me. I’m young, smart, I have many hopes and world gives me a thousand opportunities. World loves me more than anyone. Dunia mencintaiku lebih dari siapapun.
Untuk perempuan yang hari ini genap berubah angka pertama usianya.
Aku ingin membisikkanmu sesuatu;
And… happy birthday.

Purwakarta, June 15th 2016,
Nita J.

 

Gema Aksara✎ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea