Sejak
kali pertama Alfa menjejak tanah kelahirannya, Indonesia, ia tahu bahwa jutaan
pertanyaan dalam benaknya akan segera berbuah jawaban. Maka, dengan yakin, Alfa
melangkah diantara lautan manusia di Bandara.
Sekonyong-konyong, denyut di kepala belakang sebelah kanannya menyerang begitu saja. Ada Peretas, Infiltran atau
Sarvara di dekatnya, Alfa menyimpulkan. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Alfa
kembali melangkah. Tiba-tiba, dari belakang, seseorang menarik lengannya, Alfa
menoleh spontan.
Didapatinya
seorang wanita tinggi sedang menatapnya tajam. Meski Alfa masih bergulat dengan
rasa peningnya, ia mencoba balas menatap wanita itu, tanpa menarik diri. Aneh, Alfa
merasa sangat mengenalnya. Lebih dari siapapun di Bumi ini. Mereka bahkan tidak
bertukar satu kata sama sekali.
“Ayo
Gelombang, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi. Petir dan Akar sedang
dalam perjalanan ke Jakarta.”
Alfa
membuka mulutnya pelan, “Partikel?”
Zarah,
wanita itu, mengangguk. “Reuben dan Dimas sudah menghubungi Gio, kita akan
berkumpul di Rumah mereka untuk menyusun rencana. Perjalanan ini akan penuh
tantangan. Kita harus sudah berkumpul sebelum matahari terbit esok hari.”
Alfa
mengangguk paham. Ia menarik lengannya, lalu ganti mengenggam tangan Zarah
dengan erat. “Asko, saya punya kunci untuk pergi kesana.”
Mereka
meneruskan langkah dengan saling berpegangan tangan, siap untuk mencari jawaban.
Regard,
@nitajulio_
#SUPERNOVAIEP #MENANTIINTELEGENSIEMBUNPAGI