#MonthlySeries June - Juna Evolusi

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar
Ada banyak hal yang berevolusi. Manusia, hewan, tumbuhan, teknologi bahkan.... rasa cinta. Namun, itu tidak berlaku untuk perasaanku pada Juna. Ia memilih stagnan, berlabuh hanya untuk orang yang sama.
Waktu berlalu dengan pasti, musim berganti, orang-orang mobilisasi, tapi Juna masih jadi teka-teki. Desau angin, rintik hujan, pergantian siang dan malam tetap tidak mampu mengenyahkannya dalam hidup ini.
Pada suatu hari berhujan, ratusan hari yang lalu, Juna merampas sebuah rasa yang amat krusial. Rasa cinta. Momen dimana mata kami terkunci satu sama lain, tangan kecilku dalam genggaman kokohnya, sebuah pelukan singkat yang hangat, dan tiga kata dengan harga mati; Aku cinta kamu.
 Juna mengerahkan seluruh perasaannya, aku membalasnya dengan hal serupa. Satu yang berbeda, sekali menyerahkan, aku tidak menerima kembalian. Juna sudah menjadi pemilik yang aku punya. Aku dengan sukarela menjadi seluruh bagian dalam dirinya.
Dengan angkuhnya, aku berkata lantang pada dunia bahwa Juna dan aku adalah kebahagiaan yang hakiki. Kami adalah definisi dari cinta yang sesungguhnya. Tapi satu ketidaksadaran fatal adalah, aku melupakan evolusi yang mungkin saja terjadi pada kami. Cinta dapat memerdekakan, namun cinta pula yang dapat memenjarakan seseorang.
Belum genap satu tahun, Juna memilih untuk berevolusi. Sendiri. Mendahului aku yang masih stagnan di belakang, mempertahankan apa yang sudah kami rangkai bersama; momen, kebahagiaan, suka dan duka. Aku tidak percaya, Juna pergi dengan alasan yang tak pasti, “apapun dapat berubah, tidak terkecuali perasaan seseorang. Pergi dan melupakan adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.”
Melewati fakta itu, aku memegang definisi tentang kejahatan paling kejam di dunia, yaitu cinta. Seolah waktu mempermainkan dengan maha dahsyat, kemarin aku merasa merdeka karena cinta Juna, hari ini aku merasa cinta Juna pula yang memenjarakanku dengan gila.
Aku menangis di bawah pohon akasia, ditertawakan udara, dicemooh langit, dicerca angin. Mereka sama-sama menyumpah gadis itu, yang kemarin dengan angkuhnya me-mahasegalakan cinta pada dunia, untuk tidak mengalami evolusi cinta sama sekali. Ia akan melewati ratusan hari berikutnya dibelenggu pada rasa yang sama, yang membuatnya merdeka sekaligus terpenjara.
**
Uap dari mug berisi coklat panas adalah pemandangan yang pertama yang aku lihat di minggu berhujan, pada bulan juni kesekian yang kulewati seorang diri. Berkas-berkas pekerjaan masih belum aku sentuh sama sekali. Aku tidak ingin kehilangan momen ini, duduk memandangi kristal hujan di sudut kafe dengan iringan musik dari playlist yang sengaja aku request pada pemilik kafe. Through the years milik Kenny Rogers adalah lagu kelima, dan masih ada sepuluh lagu tersisa sebelum biasanya aku memutuskan beranjak untuk pergi. Hal itu sudah jadi rutinitas selama tiga tahun. Beruntung, pemilik kafe sudah mengenaliku dengan baik.
Di detik Kenny Rogers menyanyikan bagian lirik I’ve learned what’s life about by loving you through the years, pintu kafe berderit terbuka, yang otomatis mengembalikanku pada realita. Seberuntung-beruntungnya aku, realita terkadang bisa menjadi sangat kejam. Sama kejamnya pada realita yang aku hadapi saat ini. Aku mengutuk pada pilihan untuk mendongak, melihat siapa yang berdiri mengganggu di depan mejaku.
Saat itu, lagu Every time you go away Brian Mcknight memenuhi seluruh sudut kafe, seolah menjadi latar belakang musik pada apa yang kuhadapi di minggu berhujan bulan juni.
Dua ribu sembilan ratus dua puluh hari menjawab teka-teki yang selama ini aku cari. Dia adalah Juna. Berdiri dengan gagah, mencolok diantara semua pengunjung kafe ini. Hujan berhenti, meja-meja kosong mulai penuh terisi, dan Juna masih memandangku tidak pasti. Ada banyak bahasa dalam matanya yang meminta untuk aku kenali.
Tidak ada kata yang terucap. Aku bisa mengkalkulasikan waktu yang kami habiskan untuk berbicara lewat mata adalah lima menit lamanya. Sebelum akhirnya, Juna membuka gembok sunyi diantara kami.
“Apa kabar, Alea?”
Tujuh tahun lamanya aku berusaha menulikan telinga pada suara bariton milik Juna. Selama itu pula aku belajar untuk membenci. Namun, hari ini aku sadar bahwa membenci Juna adalah ujian tersulit yang tidak mampu aku lewati. Aku benar-benar tidak tahu cinta bisa menjadi begitu keji padahal manusia selalu berusaha untuk membuatnya suci.
Tidak ada sepotong kata pun yang terucap secara verbal olehku, tapi lima menit kehadiran Juna mampu meluruhlantakan segalanya. Manusia mungkin berevolusi, tetapi sekali mencintai, ada beberapa dari mereka yang lebih baik memilih untuk tidak mengalami evolusi itu sama sekali.
Aku tidak tahu apa yang bisa mendefinisikan diriku saat ini, satu hal yang jelas adalah aku menginginkannya kembali. Juna yang telah meninggalkanku dengan misteri dan teka-teki, Juna yang telah menyia-nyiakan perasaanku dengan sesuka hati, Juna yang penuh dengan belati dan bisa saja menikamku sekali lagi. Tapi aku benar-benar tidak peduli, aku ingin merengkuhnya, membisikan kata yang dulu tidak sempat aku katakan kepadanya;
Tolong jangan pergi.
**
Lima menit bersamamu meluruhlantakan segalanya
Senyummu mengembalikanku pada momen itu
Saat kali pertama kita bertemu
Bertukar satu, dua, hingga lebih kata yang tidak dapat kuhitung lagi dengan angka
Dulu, aku bersamamu karena kita memiliki rasa yang sama
Kini, bertemu lagi denganmu, aku sadar, seharusnya kata yang tak terhingga itu tidak harus punya jeda.
Kamu masih menjadi nomor satu yang tidak bisa aku temukan di nomor dua, tiga dan sisanya.
Ku kira, apa yang salah jika mencoba untuk membubuhkan hurup A di kata dan kalimat pertama.
Misalnya, Ayo kita makan siang?
Aku tidak akan menyesali apa yang terjadi selanjutnya, karena bersamamu, segala momen adalah kebahagiaan.
THE END
**Sekeping kata:
Juna evolusi merupakan rangkaian cerita pertama untuk proyek #MonthlySeries yang saya buat. Monthly Series diposting setiap tanggal 10 dalam satu bulan. Ikuti terus serial pendek #MonthlySeries dan nantikan judul berikutnya di bulan Juli.
Salam hakunanitata!

Regard,
Nita J.

What is #MonthlySeries ?

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar
So, it was my 3rd project after Irish and Memoar Rasa. First of all, I don’t ever prepare these things at all. The idea comes up in sudden. It’s begins when I watched an advertising which role by Chef Juna, one of Indonesian famous entertainment-chef. Then, I thinking about one character named Juna. Why does it Juna? That was a cool and matching to current month, June. So, I started to write a short story and I don’t even have a concept yet. I just write. I take the viewpoint from another character, Alea, and tells about Juna from her side. The rest is flow like a river.
When I finished the story, I give it a tittle “Juna di Bulan Juni”. A little bit odd, indeed. Secondly, I love to took anything by my phone camera, and I have an idea what if I edit the entry picture by my own picture, and I try to create one.  I re-read my story and think a while,  I thinking about how evolution happen in people’s life, in everything. So, what If a feeling does the same? It’s hard to believe I change its title to Juna Evolusi. I really love the tittle, it’s a unique one and have a lot of mean.
It’s fire my enthusiasm to write more. I really love to do these thing. Writing and editing my own picture. Seriously, I start to think what If I make a series for each month? I created Juna because I think about this month, and I want to create another character in each month, July, August and continuously. So, Monthly Series then show up itself, so happy to know that I make this one. I want to write, I love doing this thing. It’s been a while I'm not writing any story, sometimes I feel that the writer’s block syndrome is still attack me, that’s why I want to attack it back and start to write again.
And also, I want to productive in writing, expand my skill and imagine more. Imagines is a cheapest thing ever. It’s priceless but you’ll get unlimited satisfaction.
So, what makes you afraid to start writing?
#MonthlySeries the story begins...

Nb: Maaf untuk grammar yang buruk. Trying to expand my English.

Regard,

Nita J. 
 

Gema Aksara✎ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea