Memoar Akhir Tahun: Tampan Tak Tergenggam.

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri


Tampan tak tergenggam
**
Kadang, satu hal yang kita harapkan tidak selalu sejalan dengan apa yang kita inginkan. Seperti halnya waktu, yang tidak akan pernah kembali ke masa lalu meski kamu meminta dengan bersendu-sendu. Seperti halnya cinta, yang kamu tidak tahu akan berlabuh pada siapa.
Aku tidak mengerti, mengapa Tuhan menciptakan rasa cinta tetapi terkadang banyak manusia yang selalu merana karenanya. Aku tidak mengerti, mengapa Tuhan acapkali membiarkan seseorang mencintai tanpa balik dicintai. Dan aku tidak mengerti, mengapa Tuhan merajut benang yang rumit dibalik kisahku yang sekelumit. Tentang jatuh cinta.
Aku tersedu sedan, menangis, membaca kisah-kisah yang aku ciptakan. Namun, aku tak pandai menangisi kisahku yang betulan. Semuanya terlampau menyedihkan. Sehingga, aku rasa, aku tidak perlu menangisi kenyataan.
Semua orang pasti pernah merasakan apa itu jatuh cinta. Jatuh cinta, bukan seperti kamu berenang di laut dangkal, yang niscaya, kamu tidak akan pernah menemukan apa-apa selain daratan. Jatuh cinta itu harusnya, kamu menyebrangi lautan, menepi di pulau-pulau sepi, lalu berlayar mengikuti seruan angin laut yang datang dari bumi. Niscaya, kamu akan merasakan pengalaman mencintai, pengalaman merasa sepi, dan pengalaman merindu yang terus berseru-seru dalam hatimu. Lalu kamu boleh berbicara, kamu telah jatuh cinta. Karena jatuh cinta, bukan hanya tentang kamu memuja, tetapi juga tentang bagaimana kamu merasa ingin selalu menjaganya, menjaga hati yang berlabuh padanya, meski di sudut berbeda, ia tidak merasakan apa-apa.
Lalu aku sampai pada bagian kisahku, di mana aku selalu menunggu seseorang yang mungkin tidak pernah tahu aku. Aku sampai pada seseorang yang selalu memenuhi sudut-sudut hatiku, selalu bercokol didalam pikiranku, dan memenuhi setiap kekosongan rinduku. Aku jatuh cinta padanya, tapi entah dia.
Semua orang tahu, aku selalu menuliskan secuil kisah-kisah imajiner, yang menyelinap mencuri sedikit-sedikit waktuku ketika memikirkanmu. Namun, sedikit orang yang tahu bahwa gambaran dari tokoh-tokoh dalam kisahku adalah dirimu. Aku, yang bahkan tidak pernah mampu menggenggam sepotong namamu, selalu berusaha mengabadikan perasaanku lewat tulisan. Karena aku tidak mau, perasaanku padamu berlalu hanya sebatas waktu.
Selain itu, aku tidak tahan untuk tidak mencatat dirimu dalam sejarah hidupku. Maka, kalau kamu membaca tulisanku, jangan tercengang, karena hampir separuh lebih dari ribuan kata itu adalah tentangmu. Karena asalkan kamu tahu, kamu, satu-satunya laki-laki yang menahun aku cintai, meski kita tidak pernah saling memiliki. Meski kita, bertukar kata pun tidak bisa dihitung dengan jari.
Kamu tahu, seiring waktu bergulir, kita tumbuh diwaktu yang sama, meski di tempat berbeda. Aku melupakan satu hal, tentang kemungkinan kamu jatuh cinta. Selama ini, aku selalu memuja kamu yang teguh dengan mimpi. Tapi nyatanya kini, kamu tidak bisa mengelak ketika rasa itu menyapa dinding hati. Aku tidak menyalahkanmu, karena cinta itu hakiki dan manusiawi. Aku sudah menduga jauh-jauh hari, dan akhirnya kenyataan itu terjadi. Kamu jatuh cinta pada seorang gadis, dan aku masih jatuh cinta pada orang yang mencintai gadis lain. Kamu harus ingat, aku telah memilih jalan hidupku sendiri, meski suatu hari kamu tahu tentang rasa ini dan kemudian memilih pergi.
Tampan... aku terkadang membenci hidupku sendiri. Karena aku jatuh cinta pada orang seperti kamu. Seseorang yang terlalu jauh untuk aku gapai, seseorang yang terlalu tampan untuk aku genggam.
Jatuh cinta kepada kamu itu seperti sebuah keharusan, namun juga kesalahan. Karena jatuh cinta padamu, aku harus rela membiarkan hatiku menjadi milikmu seutuhnya, tanpa disadari, kamu terus memonopoli hati ini dan aku tidak bisa jatuh cinta ke lain hati.
Tampan.. kamu benar adalah gambaran dari tokoh fiksi yang selalu aku ciptakan. Kamu adalah perwujudan nyata untuk setiap cerita yang terekam melalui jemati tanganku setiap malam. Karena aku jatuh cinta padamu, tidak sulit untuk memuntahkan ribuan kata pada setiap lembar cerita.
Kamu adalah metafora dari pangeran impianku. Kamu tahu, sepanjang hidupku, aku selalu mencintai fairytale. Karena dengan itu, aku selalu bisa mereka-reka–setidaknya–menyusun, kisahku dengan pangeranku sendiri suatu hari nanti. Tapi aku kini tumbuh, menjadi wanita, meski aku masih mencintai fairytale, tapi aku berubah haluan. Aku tersadar, bahwa Cinderella, Belle, Ariel, Snow White dan lainnya hidup bahagia karena mereka dicari pangerannya sendiri, bukan mencari, seperti aku. Lalu setelah itu, aku tahu, aku hidup di abad 21. Dan semua yang aku susun hampir separuh hidupku hanya akan berakhir dengan jalan buntu.

 Tampan... sebentar lagi tahun berganti, aku selalu bertanya pada diriku sendiri; apa yang aku cari selama ini?
Dan aku menjawab sendiri; sesuatu yang tidak pernah ada. Ya, tidak pernah ada. Karena bagiku, setiap kehadiranmu hanyalah mimpi dalam anganku, karena aku yakin, kamu tidak mau melewati realita dihidup yang nyata denganku.
Aku bukan siapa-siapa...
Hanya seonggok nyawa yang terus-menerus menggumamkan namamu dalam doa. Hanya selapis nyawa yang acapkali menyelipkan sebongkah rindu lewat cerita tuk’ bisa sampai padamu.
Dan aku bukan siapa-siapa...
Bahkan tidak cukup pantas bernafas di udara yang sama dengan kamu. Kamu terlalu sempurna untuk jadi realita, kamu terlampau nyata untuk aku yang hanya hidup dibalik cerita. Kamu bagaikan.. tokoh pujaan disetiap roman picisan. Dan karena itu, aku tidak sanggup menggenggammu di duniaku yang terlalu kelabu.
Tapi satu hal, tampan. Satu hal yang perlu kamu tahu.. rasa ini perlu untuk diperbaharui, namun aku tidak sanggup mengkukuhkannya lagi. Terhitung.. sudah hampir genap empat tahun hanya kamu yang mengisi tahta tertinggi hatiku, meski terkadang ada beberapa yang diam-diam menyelinap tuk’ mencuri tempatmu, tapi itu hanya angin lalu... kamu.. masih menjadi nomor satu.
Kembali pada satu hal yang harus kamu tahu. Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak sanggup untuk mengkukuhkan rasa ini lebih jauh lagi. Mengetahui kamu jatuh cinta, mengetahui hatimu sudah ducuri oleh seorang wanita, rasanya.. aku terlalu gila untuk meneruskan segalanya. Aku tidak bisa terus-menerus mengejar seseorang yang bahkan terus berlari.
Tampan.. sekali lagi, aku ingin bercerita tentangmu lewat catatan akhir tahun ini. Maaf untuk waktu yang pernah aku habiskan untuk menunggu kamu. Menunggu kamu menggapai mimpimu, sembari aku memantaskan diri. Tapi sepertinya kamu sudah jatuh cinta lebih dulu daripada aku.. melupakan prinsip dan mimpi yang kamu pegang teguh di kemarin hari.
Aku tidak akan memaksamu untuk berhenti. Sekali lagi, semua ini manusiawi. Teruskanlah, selama itu membuat hidupmu lebih berarti.

Satu kenyataan dalam kurun waktu empat tahun ini.. bagiku, kamu.. benar-benar tampan tak tergenggam.
........

Teruskanlah, selama itu membuat hidupmu lebih berarti.
.......
.....
Malam ini
Aku menulis sajak tiada berarti
Untuk laki-laki, yang sebenarnya tidak pernah kumiliki
Maka malam ini
Aku akan bertanya dari hati melalui angin
Berharap gelombangnya tidak salah menepi
Untuk kamu laki-laki,
Tiga suku kata yang menjadi nadi
Dari empat tahun belakangan ini
Sudikah engkau barang menyebutkan sepotong namaku suatu hari?

.....
Diantara keping-keping terakhir rasa rindu,
Cukup jadilah masa lalu.

 aku.........
...............
 Tidak lagi butuh kamu.

Gadis yang acapkali menyelipkan namamu dalam doa,
Nita Julianti

Dedicated for my best pen-partner, agen solo, mbak Uthe, yang merasakan hal serupa. Selamat menyongsong ‘tahun baru’. Semoga tidak hanya angka yang berganti, tapi juga cerita.. yang harus lebih baik lagi. Selamat membuka lembar baru, aku tidak mau terus dibelenggu masa lalu.
Surat ini berlanjut di blog kawan saya:

Enjoy it readdarlings! Salam hakunanitata!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gema Aksara✎ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea