Tampan tak tergenggam
**
Kadang, satu hal yang kita harapkan tidak selalu
sejalan dengan apa yang kita inginkan. Seperti halnya waktu, yang tidak akan
pernah kembali ke masa lalu meski kamu meminta dengan bersendu-sendu. Seperti
halnya cinta, yang kamu tidak tahu akan berlabuh pada siapa.
Aku tidak mengerti, mengapa Tuhan menciptakan rasa
cinta tetapi terkadang banyak manusia yang selalu merana karenanya. Aku tidak
mengerti, mengapa Tuhan acapkali membiarkan seseorang mencintai tanpa balik
dicintai. Dan aku tidak mengerti, mengapa Tuhan merajut benang yang rumit
dibalik kisahku yang sekelumit. Tentang jatuh cinta.
Aku tersedu sedan, menangis, membaca kisah-kisah
yang aku ciptakan. Namun, aku tak pandai menangisi kisahku yang betulan.
Semuanya terlampau menyedihkan. Sehingga, aku rasa, aku tidak perlu menangisi
kenyataan.
Semua orang pasti pernah merasakan apa itu jatuh
cinta. Jatuh cinta, bukan seperti kamu berenang di laut dangkal, yang niscaya,
kamu tidak akan pernah menemukan apa-apa selain daratan. Jatuh cinta itu
harusnya, kamu menyebrangi lautan, menepi di pulau-pulau sepi, lalu berlayar
mengikuti seruan angin laut yang datang dari bumi. Niscaya, kamu akan merasakan
pengalaman mencintai, pengalaman merasa sepi, dan pengalaman merindu yang terus
berseru-seru dalam hatimu. Lalu kamu boleh berbicara, kamu telah jatuh cinta.
Karena jatuh cinta, bukan hanya tentang kamu memuja, tetapi juga tentang
bagaimana kamu merasa ingin selalu menjaganya, menjaga hati yang berlabuh
padanya, meski di sudut berbeda, ia tidak merasakan apa-apa.
Lalu aku sampai pada bagian kisahku, di mana aku
selalu menunggu seseorang yang mungkin tidak pernah tahu aku. Aku sampai pada
seseorang yang selalu memenuhi sudut-sudut hatiku, selalu bercokol didalam
pikiranku, dan memenuhi setiap kekosongan rinduku. Aku jatuh cinta padanya,
tapi entah dia.
Semua orang tahu, aku selalu menuliskan secuil
kisah-kisah imajiner, yang menyelinap mencuri sedikit-sedikit waktuku ketika
memikirkanmu. Namun, sedikit orang yang tahu bahwa gambaran dari tokoh-tokoh
dalam kisahku adalah dirimu. Aku, yang bahkan tidak pernah mampu menggenggam
sepotong namamu, selalu berusaha mengabadikan perasaanku lewat tulisan. Karena
aku tidak mau, perasaanku padamu berlalu hanya sebatas waktu.
Selain itu, aku tidak tahan untuk tidak mencatat
dirimu dalam sejarah hidupku. Maka, kalau kamu membaca tulisanku, jangan
tercengang, karena hampir separuh lebih dari ribuan kata itu adalah tentangmu.
Karena asalkan kamu tahu, kamu, satu-satunya laki-laki yang menahun aku cintai,
meski kita tidak pernah saling memiliki. Meski kita, bertukar kata pun tidak
bisa dihitung dengan jari.
Kamu tahu, seiring waktu bergulir, kita tumbuh
diwaktu yang sama, meski di tempat berbeda. Aku melupakan satu hal, tentang
kemungkinan kamu jatuh cinta. Selama ini, aku selalu memuja kamu yang teguh
dengan mimpi. Tapi nyatanya kini, kamu tidak bisa mengelak ketika rasa itu
menyapa dinding hati. Aku tidak menyalahkanmu, karena cinta itu hakiki dan
manusiawi. Aku sudah menduga jauh-jauh hari, dan akhirnya kenyataan itu
terjadi. Kamu jatuh cinta pada seorang gadis, dan aku masih jatuh cinta pada
orang yang mencintai gadis lain. Kamu harus ingat, aku telah memilih jalan
hidupku sendiri, meski suatu hari kamu tahu tentang rasa ini dan kemudian
memilih pergi.
Tampan... aku terkadang membenci hidupku sendiri.
Karena aku jatuh cinta pada orang seperti kamu. Seseorang yang terlalu jauh
untuk aku gapai, seseorang yang terlalu tampan untuk aku genggam.
Jatuh cinta kepada kamu itu seperti sebuah
keharusan, namun juga kesalahan. Karena jatuh cinta padamu, aku harus rela
membiarkan hatiku menjadi milikmu seutuhnya, tanpa disadari, kamu terus
memonopoli hati ini dan aku tidak bisa jatuh cinta ke lain hati.
Tampan.. kamu benar adalah gambaran dari tokoh fiksi
yang selalu aku ciptakan. Kamu adalah perwujudan nyata untuk setiap cerita yang
terekam melalui jemati tanganku setiap malam. Karena aku jatuh cinta padamu,
tidak sulit untuk memuntahkan ribuan kata pada setiap lembar cerita.
Kamu adalah metafora dari pangeran impianku. Kamu
tahu, sepanjang hidupku, aku selalu mencintai fairytale. Karena dengan itu, aku selalu bisa mereka-reka–setidaknya–menyusun,
kisahku dengan pangeranku sendiri suatu hari nanti. Tapi aku kini tumbuh,
menjadi wanita, meski aku masih mencintai fairytale,
tapi aku berubah haluan. Aku tersadar, bahwa Cinderella, Belle, Ariel, Snow
White dan lainnya hidup bahagia karena mereka dicari pangerannya sendiri, bukan
mencari, seperti aku. Lalu setelah itu, aku tahu, aku hidup di abad 21. Dan semua
yang aku susun hampir separuh hidupku hanya akan berakhir dengan jalan buntu.
Tampan... sebentar
lagi tahun berganti, aku selalu bertanya pada diriku sendiri; apa yang aku cari
selama ini?
Dan aku menjawab sendiri; sesuatu yang tidak pernah
ada. Ya, tidak pernah ada. Karena bagiku, setiap kehadiranmu hanyalah mimpi
dalam anganku, karena aku yakin, kamu tidak mau melewati realita dihidup yang
nyata denganku.
Aku bukan siapa-siapa...
Hanya seonggok nyawa yang terus-menerus menggumamkan
namamu dalam doa. Hanya selapis nyawa yang acapkali menyelipkan sebongkah rindu
lewat cerita tuk’ bisa sampai padamu.
Dan aku bukan siapa-siapa...
Bahkan tidak cukup pantas bernafas di udara yang
sama dengan kamu. Kamu terlalu sempurna untuk jadi realita, kamu terlampau
nyata untuk aku yang hanya hidup dibalik cerita. Kamu bagaikan.. tokoh pujaan
disetiap roman picisan. Dan karena itu, aku tidak sanggup menggenggammu di
duniaku yang terlalu kelabu.
Tapi satu hal, tampan. Satu hal yang perlu kamu
tahu.. rasa ini perlu untuk diperbaharui, namun aku tidak sanggup
mengkukuhkannya lagi. Terhitung.. sudah hampir genap empat tahun hanya kamu
yang mengisi tahta tertinggi hatiku, meski terkadang ada beberapa yang
diam-diam menyelinap tuk’ mencuri tempatmu, tapi itu hanya angin lalu... kamu..
masih menjadi nomor satu.
Kembali pada satu hal yang harus kamu tahu. Seperti
yang aku katakan tadi, aku tidak sanggup untuk mengkukuhkan rasa ini lebih jauh
lagi. Mengetahui kamu jatuh cinta, mengetahui hatimu sudah ducuri oleh seorang
wanita, rasanya.. aku terlalu gila untuk meneruskan segalanya. Aku tidak bisa
terus-menerus mengejar seseorang yang bahkan terus berlari.
Tampan.. sekali lagi, aku ingin bercerita tentangmu
lewat catatan akhir tahun ini. Maaf untuk waktu yang pernah aku habiskan untuk
menunggu kamu. Menunggu kamu menggapai mimpimu, sembari aku memantaskan diri.
Tapi sepertinya kamu sudah jatuh cinta lebih dulu daripada aku.. melupakan
prinsip dan mimpi yang kamu pegang teguh di kemarin hari.
Aku tidak akan memaksamu untuk berhenti. Sekali
lagi, semua ini manusiawi. Teruskanlah, selama itu membuat hidupmu lebih
berarti.
Satu kenyataan dalam kurun waktu empat tahun ini..
bagiku, kamu.. benar-benar tampan tak tergenggam.
........
Teruskanlah, selama itu membuat hidupmu lebih
berarti.
.......
.....
Malam
ini
Aku
menulis sajak tiada berarti
Untuk
laki-laki, yang sebenarnya tidak pernah kumiliki
Maka
malam ini
Aku
akan bertanya dari hati melalui angin
Berharap
gelombangnya tidak salah menepi
Untuk
kamu laki-laki,
Tiga
suku kata yang menjadi nadi
Dari
empat tahun belakangan ini
Sudikah
engkau barang menyebutkan sepotong namaku suatu hari?
.....
Diantara keping-keping terakhir rasa rindu,
Cukup jadilah masa lalu.
aku.........
...............
Tidak lagi
butuh kamu.
Nita Julianti
Dedicated for my best pen-partner, agen solo, mbak
Uthe, yang merasakan hal serupa. Selamat menyongsong ‘tahun baru’. Semoga tidak
hanya angka yang berganti, tapi juga cerita.. yang harus lebih baik lagi.
Selamat membuka lembar baru, aku tidak mau terus dibelenggu masa lalu.
Surat ini berlanjut di blog kawan saya:
Enjoy it readdarlings! Salam
hakunanitata!❥
0 komentar:
Posting Komentar