Dari masa depan: Kamu & Semestaku

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar

Funny how I feel the more myself with you
Than anybody else that I ever knew
I hear it in your voice, see it on your face
You’ve become the memory I can’t erase

You could have been anyone at all
A stranger falling out of the blue
I’m so glad it was you

It wasn’t in the plan, not that I could see
Suddenly a miracle came to me
Safe within your arms I can say what’s true
Nothing in the world that I keep from you

Dalam dunia yang dihuni olehnya, ada kotak pandora, dengan lagu-lagu yang menghuni daftar putarnya, selapis kertas dan sebuah balpoin, atau segelas caramel macchiato yang tidak pernah luput hadir didekatnya seperti pohon dan daunnya yang berjatuhan.
Setiap pagi, Dia akan menyalin ribuan kosa kata yang malam-malam berlarian dalam mimpinya, atau menyalin lirik-lirik magis dari lagu yang didengarnya secara acak, lalu menorehkannya pada selembar kertas atau sekedar dimusiumkan dalam ingatan, hanya untuk Dia bagi denganku dikemudian. Diputarnya siklus itu seperti lumrahnya poros siang dan malam.
Dan Dia masih sama. Laki-laki dengan garis wajah tegas, dengan kharisma aristokrat, dan rasi bintang di wajahnya bak segitiga bermuda yang akan menenggelamkanmu pada sebuah jurang bernama cinta. Kamu tidak bisa kembali, kecuali memilih mati. Sebegitu dahsyatnya ia dalam definisiku, sehingga beratus hari bersamanya masih selalu kuanggap sebuah kemustahilan.
Banyak orang berkata bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tetapi bagiku Dia adalah pengecualian. Karena pesonanya lebih kuat dari semesta yang aku pijak. Dia adalah semestaku. Dan aku hanya planet kecil yang berporos didekatnya tidak tahu malu.
Aku tidak pernah mengira bahwa hidup bersamanya adalah definisi kebahagiaan yang selama ini aku cari. Dia adalah jawaban dalam setiap keputusanku, rindu dalam setiap kegundahanku, dan kepastian dari keragu-raguanku.
Aku tidak menemukan cara untuk bagaimana mengungkapkan seluruh perasaan yang aku punya untuknya, karena dia selalu melakukannya lebih dulu. Dengan cara yang tidak biasa.
Jika orang lain mengirimkan sebuket bunga, atau makan malam romantis pada setiap hari jadi. Dia hanya akan berselimut denganku, menonton film lama yang sudah belasan kali kami tonton bersama, atau hanya duduk di atap terbuka ditemani secangkir kopi dan dongeng buatan yang selalu sukses membuatku tergelak.
Dia tidak akan membelikanku barang-barang cantik dan mahal, melainkan buku-buku berisi puisi, motivasi atau tips memasak enak. Dia tidak akan mengajakku untuk menonton konser dengan harga tiket berjuta-juta untuk merayakan pergantian tahun, tetapi hanya mengajakakku berwisata malam, menyatu dengan alam dan lagu-lagu dari musisi jalanan yang akan kami ingat sepanjang perjalanan pulang.
Seiring berjalannya waktu, aku tahu aku sudah berbagi banyak hal dengannya. Dari mulai ungkapan sayang, hangatnya pelukan, sampai ciuman singkat dalam setiap pagi saat kami membuka mata pertama kali. Seiring waktu yang kami habiskan pula aku tahu kami menua bersama, membuat dunia iri dengan setiap kisah yang kami bagi, atau hanya karena kami terlalu mendominasi memori.
Dia sesederhana itu, tapi punya sejuta cara untuk membuatku bahagia. Aku tahu cinta tidak punya definisi gamblang untuk diceritakan. Tapi cinta yang aku miliki punya identitas sendiri; Dia.
Pada pagi kesekian, aku masih sering melihatnya duduk dengan balpoin yang menari-nari diatas lembar kertas yang aku kenali. Lalu, saat mata kami bertemu, Dia tersenyum untuk mengajakku menyambut satu lagi hari yang akan kami lewati.
“Selamat pagi, siap bahagia hari ini?” Dia bertanya, setelah mencium keningku pada detik yang dicurinya dengan cuma-cuma, tetapi sanggup membuatku hilang kendali.
Aku mengangguk dua kali, membalasnya dengan pelukan. “Pagi ini aku denger lagu ciptaan Dee Lestari, yang liriknya bilang, Kubahagia, kau telah terlahir di dunia, dan kau ada diantara miliaran manusia.”
Setelah mata kami terkunci, aku melanjutkan, “Selamat ulang tahun.”
Dia menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum, dan mata indah yang selalu sanggup membuatku jatuh cinta hilang disana. Aku melepaskan pelukan, beralih pada satu lagu dalam daftar putar yang sudah kusiapkan pagi ini untuknya.

A great big bang and dinosaurs
Fiery raining meteors
It all ends unfortunately
But you’re gonna live forever in me
I’ll guarantee, just wait and see...

Part of me were made by you
And planets keep their distance too
The moon’s got a grip on the sea
And you’re gonna live forever in me
I guarantee, it’s your destiny.

***

Untuk seseorang yang aku sayang, aku mewakili perempuan beruntung dari masa depanmu; Selamat ulang tahun yang ke 23. Semoga kamu selalu bahagia.

Remember, you’re the most worth loving person on earth. You deserve all this love and happiness. Thank you for existing in this world and sharing memories with us.
As you said, “Everday single day I spend together with you feels like my birthday. Anxiously waiting for you, getting excited just thinking of you, hoping for an eternity with you, feeling empty if I don’t have you. You like this, to me that’s my birthday present.”

So, I do, indeed. I love you so much.

Another song that I want you to hear, sounds like;

For they could not love you
But still your love was true
And when no hope was left inside
On that starry, starry night
You took your life as lovers often do
But I could have told you, Seongwu
This world was never meant for one as beautiful as you


Lagu penghantar dariku dihari bahagiamu;
    Carole King – Anyone at all
    Maudy Ayunda – Perahu Kertas
    John Mayer – You’re gonna live forever in Me
    Ellie Goulding – Vincent

Regard,
Nita J.

Dari masa depan: Kamu dalam ingatanku

Diposting oleh Nita Julianti Sukandar Putri 0 komentar
***
Manusia terkadang jatuh cinta pada hal-hal yang cenderung sepele. Seperti aku yang jatuh cinta untuk kali yang kesejuta pada hal-hal sederhana yang menahun sudah terekam dalam sudut ingatan, dimana momen yang kami habiskan tersimpan. Sesederhana saat ia menyisir rambutnya dengan kedua tangan, atau sepele saat ia menggulung lengan kemeja hingga siku. Ratusan hari aku melihat hal yang serupa, pagi, siang bahkan malam, tetapi aku tetap jatuh cinta.
Ia mendominasi semua ingatan yang aku miliki tentang hidup ini. Tentang kali pertama kami bertemu, kencan pertama yang malu-malu, atau sebaris kalimat di malam yang membuatku ragu apa aku masih menginjak bumi atau terbang bersama sisa kewarasanku.
Lalu memori tentang ia yang gugup saat pertamakali mengucap janji di depan Ayahku, tubuhnya yang dibalut tuksedo, atau wajahnya yang berseri ketika jari manis kami terisi. Ingatan itu bergantian datang seperti rol film yang diputar.
Terkadang ia adalah alasan kenapa aku ingin bangun tidur lebih awal. Hanya untuk merekam lekuk wajahnya dalam diam dan mendoktrin kepala ini dengan keindahan yang diberikan Tuhan.

The morning sunshine waking up the first thing I see
Your lovely eyes
Staring straight at me
Stroke your cheek so softly as I kiss you gently...
You hold my hands
Smile at me...

Aku suka bareface-nya saat pertama kali dia membuka mata, yang membuatku membisikan terimakasih dalam sunyi karena aku menjadi manusia paling beruntung yang bisa melihatnya disetiap pagi. Aku juga suka dekapan hangat saat wajahku terbenam dalam dada bidangnya, atau kecupan singkat dalam detik yang kami curi sebelum benar-benar bangun untuk beraktivitas.
Atau saat ia memeluku dari belakang ketika sedang mempersiapkan sarapan, mengulur waktu karena pekerjaanku lebih banyak tertahan oleh sikapnya yang kekanakan. Suara madunya saat ia merengek untuk dibuatkan kopi ketika memilih lembur di malam hari.
 “Sayang, seduhin kopi dong. Aku mau bergadang.”
 Atau saat ia sibuk mencari dasi dan kaus kaki di pagi hari.
“Sayang..... dasi aku yang warna navy dimana ya?”
Hal-hal sederhana yang aku nikmati seperti secangkir kopi di pagi hari tanpa krimer atau gula namun tetap terasa manis.

I love the fragrance of your voice
You're the colour of Loyal,
My favourite sound is your smile
I'm intoxicated with joyful
Oh, I am moved by you
Oh, I am moved by you

Tapi aku tidak hanya jatuh cinta oleh tindakan sederhana yang acapkali ia lakukan. Aku yang melewatkan tahun ketiga di atap yang sama dengannya juga kadang bisa menjadi cengeng merindukannya saat dia dinas ke luar kota. Atau saat wajah muramnya karena masalah kantor yang ia bawa sampai ke rumah, yang membuat kami melakukan perang dingin seharian tetapi aku akhirnya luluh kembali saat ia menekukkan wajahnya di bahuku, lalu mulai bercerita. Dia manusia yang ingin berbagi hal indah di dunia denganku, tetapi juga paling pantang untuk melibatkan aku pada masalah yang ingin dirangkulnya sendiri hanya karena tidak ingin aku terluka.
Genggaman tangannya yang erat, jari-jari lembutnya saat ia mengelus buku jariku, emosi dimatanya, senyum lembut yang setiap kali selalu membuatku melayang. Aku ingin menyimpannya dalam kotak pandora dan mengabadikannya dalam musium bernama ingatan.
Aku selalu ingin mengungkapkan perasaan ini secara gamblang, tetapi terkadang aku ragu karena kami sudah sama-sama tahu. Dia selalu bilang bahwa kata-kata hanya bagian dari diri manusia yang bisa hilang termakan waktu, tetapi tindakan akan selamanya ada disetiap sendi ingatan. Pada akhirnya, rangkaian kalimat yang aku susun seindah puisi hanya melesat ke udara tanpa pernah didengar pemiliknya.
Tetapi, malam ini aku ingin ia benar-benar tahu, bahwa segala apa yang kami bagi bersama adalah hal yang paling aku syukuri. Aku ingin berterimakasih karena ia telah lahir, memilihku untuk menghabiskan sisa hidup bersamanya.
Aku melihat kali kesekian saat ia menyampirkan jas di kursi meja makan, menggulung lengan kemeja hingga siku, lalu meminum segelas air putih sebelum kembali menatapku.
“Sayang?” Ia berujar dengan lembut.
Aku balas menatapnya, dan mengatakan, “Aku sayang kamu.” dengan gamblang.
Dia menatapku dengan air wajah yang tidak bisa aku definisikan. Kami membiarkan sunyi menang untuk sepersekian detik sebelum aku kembali membuka suara.
“Terimakasih telah lahir dan menemukanku. Selamat ulang tahun.” Aku berjalan menghampirinya, memeluknya dengan erat, tidak ingin kehilangan.
Lidahku yang kelu dan tanganku yang dingin karena gugup, berganti dengan aliran darah yang menghangat seiring dengan kulit kami yang bersentuhan.
Ia menarik tubuhnya, lalu menatapku sambil melempar senyumnya yang mematikan.
“Aku mau terbang.” Cicitnya, kehilangan kesempatan untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
“Hadiah ulang tahunnya mana?” Lanjutnya.
Aku tertawa kecil sebelum kemudian mendaratkan kecupan singkat dipipi kirinya, yang membuatnya kembali terkejut.
“Kamu tahu kan kamu seberharga itu?”
Alih-alih mengatakan aku sayang kamu, Dia lebih memilih mengatakan kalimat itu. Membuatku tidak memiliki pilihan lain selain kembali memeluknya. Membiarkannya menerka detak yang berirama melebihi porsi seharusnya. Memproklamasi bahwa detak itu selalu miliknya. Di kamis malam saat usianya bertambah, aku bersyukur untuk ada disana.
Hanya bersamanya, aku percaya dongeng itu nyata.


**
Untuk seseorang yang aku sayang, aku mewakili ‘perempuan’ beruntung di masa depanmu;
Selamat ulang tahun yang ke 23. Semoga kamu selalu tetap bahagia.

Lagu penghantar dihari bahagiamu dariku:
    Isyana Sarasvati : All of me
    India Arie: Moved by You

Regard,
Nita J.
 

Gema Aksara✎ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea