A....... Lagi?
Fikiran saya entah melayang ke antahberantah mana.
Tiba-tiba saja, di akhir cerita hidup saya bagian SMA, dua potong nama berbeda
berhuruf depan A mulai terekam nyata dilembar-lembar yang tak menyisakan koma.
Diam-diam, nama mereka berikan tinta merah muda lantas tersusun menjadi
kalimat-kalimat dengan begitu saja. Mereka, dua orang pemilik nama
berhuruf depan A selalu saja menjadi visual dibalik bingai kacamata minus milik
saya.
Tidak ingat kapan mereka mulai menjadi potongan nama
yang terselip ke dalam cerita saya. Mereka laksana penyusup yang mengeja rasa
di hati saya dengan cara sederhana. Tapi, hati saya berkata ini bukan cinta.
Cinta tidak mungkin menjadi milik dua orang yang berbeda sekaligus dalam waktu
yang sama. Ini seperti...... rasa suka. Rasa ketertarikan. Karena, senyum
mereka ber-adiksi terlalu pekat hingga diam-diam saya menyukainya. Seperti
magnet yang menarik mata saya untuk terjun langsung menelusuri setiap detail
senyum mereka.
Ah, pena. Saya menyukainya.
Tolong atur rasa kagum ini hanya pada batas
sewajarnya. Karena saya hanya seorang gadis yang terlampau biasa. Tolong
jadikan rasa ini sederhana. Sesederhana saya mulai mengenal senyum mereka.
Tolong pena, jangan terus semaunya merekam
jejak-jejak mereka didalam hidup saya.
A.... lagi.
A untuk kesekian kali. Saya, bahkan tidak mengerti
mengapa dua orang pemilik nama berhuruf depan A yang berbeda ini, yang saya
anggap biasa, yang tidak pernah saya duga, menjadi sepenting rumus matematika.
Bagaimana selanjutnya, pena?
Saya harus diam saja atau terus membiarkan rasa ini
menjalar, menjadi akar-belukar sampai palungnya?
Tapi pada akhirnya, setelah nama mereka saya rekam
di memo rasa, mereka masih sama, tidak mengenal saya. Mereka hanya akan dan
selalu menjadi subjek sederhana dibalik bingkai kacamata.
Regard,
@nitajulio_
Anime picture source from//google. Edited by me.
0 komentar:
Posting Komentar