Saya tidak tahu rasa semacam apa yang membebani. Semua terjadi secara
kronologi. Saya mengenalnya, mengangguminya, mengejarnya lalu mulai mencoba
melepasnya. Dia seolah semacam benda yang lampau kemarin saya puja-puja dan
mulai tidak lagi saya butuhkan. Tapi, rupanya saya salah cerita. Dia bukanlah
benda, tapi sosok bernyawa yang mulai tumbuh secara nyata, secara kasat mata.
Saya, masih mencoba mensugesti diri agar tidak memiliki rasa untuk kembali
merengkuhnya. Tetapi, rupanya usaha semacam itu hanya pengejawantahan dari
segala tuntutan pikiran dan hati saya, yang terus berkata, "saya tidak
lagi membutuhkannya."
Itu bohong. Perlahan... Kalimat itu hanya terasa
seperti mantra yang tidak lagi berguna. Hati saya menolaknya. Entah mengapa,
atau hanya perasaan semata?
Saya tidak lagi
memujanya. Apa seperti itu? Tidak juga.
Saya justru
menyadari ada secercah cahaya ketika saya mencoba tidak lagi mengejarnya.
Secercah cahaya yang dulu saya nyari namun tak ada jua.
Saya benar-benar
tidak lagi memujanya... Itu bohong. Saya benar-benar merindukannya. Rindu
senyum dan tingkah lakunya. Rindu gurauan dan mimik lucunya. Rindu teguran dan
candanya... Yang tidak lagi terpatri dalam dirinya. Mungkin itu satu dari
seribu alasan saya mencoba melepasnya.
Pikiran saya
berkata, langkah saya sudah terlalu jauh hanya untuk mengangguminya. Saya tidak
pantas merindukan sosok yang tidak sebaliknya.
Tapi justru,
ketika saya menuruti segala sugesti itu, saya lupa bahwa selama ini justru
langkah saya membuahkan tanda, namun kemudian lenyap kembali ketika saya
bersikukuh untuk berbalik arah.
Dan, ketika saya
'benar-benar' tidak lagi membutuhkannya sebagai penawar rasa tak bernama, tidak
lagi mengikuti jejak-jejak bertanda di masa lama, saya justru tiba-tiba dicumbu
ingatan.
Dia muncul dengan
sosok berbeda, hingga saya sulit mengartikan arti dari segala perasaan yang
telah saya coba bunuh perlahan. Dia.... Tumbuh begitu nyata, menjadi sosok
pemuda yang membuat mulut tidak bisa berkata-kata. Dia tumbuh membawa sebongkah
jawaban untuk rindu yang saya kubur dimasa silam. Dia tumbuh terlalu tampan
untuk bisa saya lepaskan. Dia benar-benar tumbuh seperi tokoh pujaan disetiap
cerita-cerita yang saya ciptakan.
Dan saya
berusaha untuk kembali mengeja setiap getaran yang sukar untuk diartikan. Namun
nihil. Saya tidak menepukan apa-apa. Ia terlalu sulit untuk kembali saya
genggam. Karena, pilihan saya sudah bulat. Saya tidak akan mengejar seseorang
yang sulit saya kejar. Saya tidak akan kembali menjadi gadis di masa lalu,
meski ia selalu menyusup cepat pada setiap sel hati bagai candu.
Mungkin ini kali
keseribu saya merasakan 'rindu' yang hadir secara tiba-tiba. Hanya 'rindu'
biasa yang setelah ini akan lenyap dibawa malam yang temaram.
Ya, hanya
seperti itu.
Jadi, tolong
jangan lagi menghantui saya... Kamu benar-benar sudah saya lepaskan. Bawalah
pergi rindu yang tidak pantas saya rasakan. Jangan rusak pertahanan yang saya
bangun dengan langkah bermacam-macam.
Cukup jadilah
masa lalu.. Saya tidak lagi butuh kamu.
Diantara malam yang temaram,
@nitajulio_
0 komentar:
Posting Komentar